Jakarta. Seorang pelaku bisnis punya prediksi menarik menyangkut penggunaan jaringan internet di masa depan. Dalam lima tahun mendatang, jaringan internet bakal menjadi tulang punggung perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak jeli memanfaatkan jaringan internet akan tertinggal dalam persaingan bisnis. Pernyataan ini bukan tanpa alasan. Lihat saja, masyarakat saat ini semakin akrab dengan internet untuk meraih berbagai kebutuhan hidupnya. Mulai dari mentransfer uang melalui layanan internet banking, membeli barang secara online, memesan tiket pesawat atau keretaapi, hingga membiakkan duit melalui transaksi online. Kepala Divisi Danareksa Online Muhamad Burhan mengatakan, internet membuat hidup lebih mudah. Dalam dunia bisnis, komunikasi antarkaryawan bisa lebih cepat tanpa harus bertatap muka. Pemanfaatan jaringan internet juga menekan biaya yang tidak perlu sehingga perusahaan semakin efisien. “Awalnya tentu butuh investasi besar untuk mengembangkan jaringan teknologi informasi (TI). Tapi manfaatnya diberikan lebih besar,” katanya.
Kini, nyaris semua sektor bisnis membekali usahanya dengan jaringan internet. Selain sekadar untuk efisiensi, jaringan internet juga ampuh dipakai untuk memperluas pasar hingga mengembangkan usaha. Namun, jaringan internet saja belum cukup mendukung kelancaran usaha. Butuh jaringan internet yang cepat sehingga konsumen tidak kecewa. Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Samuel Abrijani Pangerapan mengatakan, jaringan yang cepat bisa memacu proses bisnis sehingga proses pengambilan keputusan pun lebih cepat. Internet yang cepat juga membuat konten tumbuh baik dan membuat pelanggan semakin loyal kepada perusahaan. “Sekarang internet menjadi bagian hidup,” kata Samuel. Berikut ini beberapa sektor bisnis yang agresif memanfaatkan internet untuk mendongkrak usahanya. Perbankan Bagi sektor perbankan, jaringan internet merupakan salah satu tulang punggung usaha. Jaringan internet yang lemot bisa membuat seluruh kegiatan bisnis kacau. Maklum, bank menggunakan jaringan internet mulai dari proses pengambilan keputusan, pemasaran melalui media sosial, hingga melayani transaksi para nasabah. Senior General Manager Kartu Bank Central Asia (BCA) Santoso mengatakan, sebagian besar internet banking digunakan untuk melayani transaksi pembayaran, terutama e-commerce. Tak heran, setiap tahun BCA mengalokasikan dana ratusan miliar rupiah untuk memperbarui sistem TI. “Kami harus terus up to date,” katanya. BCA sering mendapat keluhan dari nasabah karena jaringannya lambat. Apalagi, pengguna internet banking BCA sangat banyak. Keluhan yang sering dilontarkan nasabah adalah proses otorisasi di merchant sering gagal sehingga nasabah harus mengulang kembali transaksi pembayaran. Untuk mengantisipasi hal tersebut, BCA sudah menggandeng semua operator besar dan meningkatkan bandwidth. BCA juga meminta merchant meningkatkan kualitas TI. Sekuritas Jaringan internet mumpuni juga menjadi salah satu andalan perusahaan sekuritas untuk menyediakan layanan online trading. Salah satu perusahaan yang mengembangkan layanan ini adalah Danareksa Sekuritas. Sejak tahun 2009, mereka sudah menggelontorkan dana lebih dari Rp 100 miliar untuk menghidupi layanan online trading. Burhan mengatakan, layanan online trading membuat perusahaan sekuritas dapat menjangkau nasabah ritel. Karenanya, butuh jaringan internet yang cepat. “Bisnis sekuritas adalah bisnis momentum. Jika jaringan lemot, investor yang ingin bertransaksi akan rugi karena harga saham bisa berubah setiap saat,” ucapnya. Untuk menjaga kualitas jaringan, Danareksa akan meningkatkan kapasitas bandwidth. Jasa transportasi Kini, perusahaan jasa transportasi tak cuma mengandalkan kenyamanan dan ketepatan waktu untuk memuaskan para penumpangnya. Untuk menunjang penjualan dan layanan, perusahaan jasa transportasi juga bertumpu pada jaringan internet. Dengan begitu, konsumen mudah memesan atau membeli tiket, melakukan pembayaran hingga mengetahui informasi perjalanan. Managing Director of Human Capital, General Affairs and Information Technology PT Kereta Api Indonesia (KAI) M. Kuncoro Wibowo bilang, pemanfaatan internet membuat konsumen lebih nyaman karena tidak perlu lagi antre untuk membeli tiket. “Calon penumpang bisa langsung beli tiket melalui ponsel,” ujarnya.
KAI telah mengucurkan dana Rp 51 miliar untuk pengembangan TI. Tahun ini, anggarannya naik menjadi Rp 61 miliar. Jaringan internet yang lambat memang menjadi momok menakutkan bagi KAI. Menjelang Hari Lebaran tahun lalu, misalnya, server KAI sempat down karena lonjakan trafik pemesanan tiket hingga 100%. Agar tak terulang kembali, KAI menaikkan kapasitas bandwidth 8 dari 80 Mb menjadi 120 Mb pada tahun ini. Toh, server masih down. “Semua pengguna jasa ini, baik perusahaan travel dan individu, melakukan pembelian tiket melalui jaringan internet,” ujarnya. Ke depan, manajemen KAI berjanji memperbesar bandwidth tiga kali hingga empat kali lipat. ***Sumber : KONTAN MINGGUAN 45 - XVIII, 2014 Laporan Utama Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Imanuel Alexander