Jasa Marga (JSMR) Divestasi 35% Saham JTT, Begini Rekomendasi Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. First Pacific Company Limited merilis rincian transaksi dengan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) terkait divestasi PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT). Nilai transaksi mencapai Rp 15,75 triliun atau setara US$ 960,3 juta.

Sebelumnya, per 28 Juni 2024, JSMR telah menandatangani Perjanjian Pembelian Saham Bersyarat dengan sejumlah calon mitra strategis, yaitu PT Metro Pacific Tollways Indonesia Services (MPTIS), Warrington Investment Pte. Ltd. (Warrington), dan PT Marga Utama Nusantara (MUN).

First Pacific, perusahaan induk MPTC, membeberkan transaksi meliputi akuisisi 28,5% saham JTT dari JSMR senilai kurang lebih Rp 12,83 triliun, akuisisi 0,9% saham JTT dari Koperasi Konsumen Karyawan Jalin Margasejahtera senilai Rp 425 miliar, dan penyertaan modal sebesar Rp 2,5 triliun untuk saham baru di JTT, yang setara dengan 5,6% kepemilikan.


Baca Juga: BNI Sekuritas Menjadi Penasihat Transaksi Rencana Divestasi Jasa Marga (JSMR)

Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa dampak transaksi tersebut dapat mendorong profitabilitas Jasa Marga. Terlebih, jika digunakan untuk ekspansi membangun jalan tol baru.

"Secara prospek JSMR cukup baik dengan peningkatan mobilitas penduduk, barang, serta jasa," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (16/7).

Ditambah, dengan potensi penurunan suku bunga acuan oleh the Fed, khususnya oleh Bank Indonesia (BI). Hal itu, kata Nafan, akan mempengaruhi permintaan kredit sehingga akan mendorong permintaan kendaraan, baik pribadi maupun operasional yang berujung pada peningkatan mobilitas.

Analis Sucor Sekuritas Niko Pandowo juga melihat kesepakatan divestasi sangat menarik. Sebab, ia memperkirakan JSMR akan mengalami peningkatan pendapatan sebesar Rp 450 miliar.

 
JSMR Chart by TradingView

Baca Juga: Jasa Marga Menjual 6,2 Miliar Saham Jasamarga Transjawa, Ini Rekomendasi Saham JSMR

Hal itu terutama disebabkan oleh penghematan bunga yang diharapkan dapat mengimbangi efek dilusi pada pendapatan JTT, yang difasilitasi oleh langkah strategis JSMR untuk mengurangi utang pada WACD saat ini sebesar 6,7%.

Sepanjang tahun 2024, Niko memperkirakan JSMR mampu mencatatkan pendapatan sebesar Rp 17,81 triliun atau tumbuh 14,46% dari tahun 2023 sebesar Rp 15,56 triliun. Sementara laba bersih mencapai Rp 2,7 triliun, turun dari tahun 2023 sebesar Rp 6,79 triliun.

Adapun pendorong laba bersih di tahun 2023 dari revaluasi investasi asosiasi sebesar Rp 4,01 triliun.

Niko melihat, faktor pendukung kinerja JSMR tahun ini dari realisasi penuh kenaikan tarif pada rute Japek dan Japek elevated, pemulihan volume lalu lintas pada ruas-ruas tol yang telah mengalami penyesuaian tarif khusus, seperti rute Solo Ngawi, dan penyesuaian tarif yang akan datang.

"JSMR telah menaikkan tarif di enam ruas tol dan merencanakan penyesuaian lebih lanjut untuk tiga ruas lainnya di kuartal kedua 2024," sebutnya.

Baca Juga: Ramai Terjadi Transaksi Afiliasi, Berikut Catatan dan Rekomendasi Analis

Selain itu, Niko melihat ada potensi keuntungan satu kali dari kesepakatan JTT pada kuartal-kuartal berikutnya. "Penting untuk dicatat bahwa kami belum memperhitungkan keuntungan satu kali ini ke dalam proyeksi kami saat ini dan akan meninjau kembali model kami," sambungnya.

Ia pun merekomendasikan buy JSMR dengan target harga Rp 6.600. Sementara Nafan merekomendasikan accumulate buy dengan target harga Rp 5.775.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli