Jasa Marga melaju mulus di tol Trans Jawa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keinginan pemerintah menjadikan PT Jasa Marga Tbk sebagai operator tunggal jalan tol Trans Jawa membuat emiten berkode JSMR ini terus berekspansi. Tahun ini, JSMR berupaya mengebut sejumlah proyek ruas jalan tol Trans Jawa agar tuntas tepat waktu.

Setidaknya, ada empat ruas jalan tol Trans Jawa yang diharapkan bisa beroperasi pada tahun ini. Di antaranya jalan tol Solo–Ngawi, Ngawi–Kertosono, Batang–Semarang, dan Semarang–Solo. Jika ditotal, panjang ruas tol tersebut mencapai 300 kilometer.

Analis Panin Sekuritas Nico Laurens mengatakan, tahun 2018 merupakan tahun yang sibuk bagi JSMR. Hal ini tak lepas dari tuntutan percepatan integrasi ruas tol Trans Jawa. Agenda JSMR semakin padat mengingat pembangunan jalan tol tidak hanya terfokus di Pulau Jawa, melainkan juga di Pulau Sumatra, Kalimantan, hingga Sulawesi, meski tak semuanya ditargetkan selesai pada tahun ini.


JSMR juga menargetkan akuisisi tiga ruas tol milik PT Waskita Karya Tbk (WSKT), yaitu Kanci–Pejagan, Pejagan–Pemalang, dan Pasuruan–Probolinggo. "Akuisisi ini diharapkan terjadi pada semester I-2018," kata Nico dalam riset 14 Februari lalu.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, langkah akuisisi JSMR cukup positif, lantaran ketiga ruas tol milik WSKT tersebut kerap digunakan sebagai jalur alternatif. Namun, dampak akuisisi tersebut bergantung dari tarif dan volume kendaraan yang melintas.

Di sisi lain, potensi dijadikannya JSMR sebagai operator tunggal untuk jalan tol Trans Jawa bakal menjadi katalis positif bagi kinerja keuangan perusahaan ini. "Hal ini juga menjadi nilai tambah bagi JSMR nantinya," ujar Reza. Ia juga menilai, JSMR akan menikmati kenaikan pendapatan minimal sekitar 5%-10% jika ruas jalan tol yang dibangun pada tahun ini mulai beroperasi.

Komodo bond

Kebutuhan dana ekspansi yang besar, membuat JSMR memacu penggalangan dana. Salah satunya dengan menerbitkan Komodo Bond senilai Rp 4 triliun pada Desember 2017 lalu. Dana hasil penerbitan obligasi global ini digunakan untuk modal kerja, akuisisi, hingga keperluan umum perusahaan.

Namun, Reza menilai, penerbitan Komodo Bond belum cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan ekspansi JSMR. Sehingga emiten pelat merah ini masih harus berupaya mencari sumber pendanaan tambahan.

Sebagai pengingat, tahun ini JSMR menggelontorkan belanja modal (capex) sekitar Rp 30 triliun hingga Rp 32 triliun. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan capex perusahaan pada tahun lalu yang hanya Rp 10 triliun.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Fahresi Fahalmesta, dalam riset 14 Februari, mengatakan, membengkaknya capex JSMR tahun ini berpotensi menggerus laba perusahaan.  Terlebih lagi, nilai utang JSMR meningkat sekitar 101% menjadi Rp 34,67 triliun pada tahun lalu.

Hasil ini membuat debt to equity ratio (DER) JSMR mencapai 2,3 kali pada 2017. Rasio ini dinilai cukup tinggi sehingga berpeluang menimbulkan ketidakstabilan pada kinerja JSMR dalam beberapa waktu ke depan.

Untungnya, JSMR mampu mencatatkan interest coverage ratio (ICR) 4,07 kali pada tahun lalu. "Angka tersebut mencerminkan JSMR masih memiliki kemampuan untuk menutupi beban bunga mereka," kata Fahresi.

Ia memperkirakan, JSMR akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 41,68 triliun pada tahun ini atau naik 18,8% dari tahun lalu. Namun, laba bersihnya berpotensi turun 18,7% menjadi Rp 1,78 triliun.

Reza masih merekomendasikan beli saham JSMR dengan target harga Rp 6.850 per saham. Rekomendasi yang sama diberikan oleh dua analis lainnya.

Nico merekomendasikan beli saham JSMR dengan target harga Rp 7.500 per saham.Fahresi juga merekomendasikan beli saham JSMR dengan target harga Rp 6.850 per saham. Kemarin, harga JSMR naik 0,44% menjadi Rp 5.650 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati