JAKARTA. PT Jasa Marga Tbk (JSMR) berencana
rights issue tahun ini, meski penyertaan modal negara (PMN) tahun ini batal. JSMR mengusulkan kepada Kementerian BUMN untuk
rights issue dengan tingkat dilusi pemerintah maksimal 10%. Operator jalan tol ini berharap, bisa mengantongi dana Rp 8 triliun untuk ekspansi proyek baru. Jasa Marga membidik pengelolaan enam ruas jalan tol baru melalui tender, akuisisi dan
project initiative 352 km dengan perkiraan investasi Rp 49 triliun. JSMR perlu menambah ekuitas agar bisa menjaga
debt to equity ratio (DER) tidak lebih dari 5 kali dan
interest coverage ratio (ICR) sedikitnya sebesar 1,25 kali.
Suria Dharma, Analis Buana Capital, mengatakan,
rights issue ini berdampak positif bagi prospek JSMR karena bisa memperlebar ruang pendanaan. Persoalannya, apakah ada pihak yang akan menyerap saham ini? "Target tersebut over optimistis. PMN kemarin hanya berapa?" ujarnya, Kamis (7/4). Suria sangsi JSMR bisa meraup dana jumbo dari pasar. Menurut dia, dana ini hanya bisa dicapai, jika JSMR mendapatkan investor strategis sebagai
stand by buyer. Senada Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai, dana besar ini sulit diharapkan dari pasar. JSMR harus bisa menggandeng investor strategis. Liga Maradona, analis Recapital Securitas, optimistis, pemegang saham publik akan menyerap
rights issue JSMR senilai Rp 8 triliun, karena prospek perseroan cukup positif, di tengah upaya pemerintah menggenjot pembangunan ruas tol. "Pembangunan jalan tol prioritas pemerintahan Jokowi. Saya yakin, rights issue sangat menarik bagi investor," jelasnya. Menurut dia, JSMR bisa dengan mudah menjaring investor strategis untuk ekspansi di jalan tol. Dia menambahkan, JSMR sangat membutuhkan penambahan ekuitas meski DER masih 1,9 kali. Kalaupun belum bisa melakukan
rights issue, Liga menilai JSMR masih berpeluang untuk mencari utang. JSMR berencana menerbitkan obligasi untuk mendanai capex yang dipatok Rp 13,89 triliun serta membayar utang jatuh tempo Rp 1,5 triliun. Liga melihat, prospek JSMR masih bagus dengan adanya tiga ruas baru sepanjang 71 km yang beroperasi, yakni Surabaya- Mojokerto seksi Krian-Mojokerto, Semarang-Solo seksi Bawen-Salatiga dan jalan tol Solo-Ngawi seksi Kartasuro-Sragen. Kenaikan tarif 15 ruas tol pada November 2015 pun akan berdampak maksimal tahun ini. Suria dan Hans juga melihat, prospek JSMR masih positif seiring upaya pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur. Namun, Suria menilai ekspansi JSMR ini sangat terlambat. "Baru setelah WSKT mulai naik, JSMR ikut-ikutan," ujar dia. Terlepas dari terlambatnya ekspansi JSMR Suria optimistis, tahun ini pendapatan JSMR bisa tumbuh. Suria menargetkan pendapatan JSMR Rp 10,69 triliun dengan laba Rp 1,6 triliun.
Liga memperkirakan, pendapatan JSMR bisa mencapai 10,3 triliun dan laba bersih Rp 1,61 triliun. Liga maupun Suria menilai, tantangan JSMR tahun ini adalah kelanjutan sanksi hukum untuk membayar denda pengoperasian jalan tol Kebon Jeruk-Tangerang kepada PT Tirtobumi senilai Rp 1,2 triliun. Liga melihat tantangan lain adalah penurunan tarif tol saat Lebaran. Penurunan tarif lebih dari 30% akan menggerus pendapatan. "Kalau hanya 30% tidak berdampak, sama seperti tahun lalu," ujarnya. Liga, Suria dan Hans merekomendasikan
buy saham JSMR dengan target harga masing-masing Rp 6.650, Rp 6.500 dan Rp 6.150. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie