Jasindo andalkan produk kesehatan



JAKARTA. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) tengah bekerja keras memenuhi target perolehan premi sebesar Rp 3 triliun di sepanjang tahun ini. Maklum, hingga paruh pertama 2010, perusahaan asuransi pelat merah ini baru mengumpulkan perolehan premi sebesar Rp 1,4 triliun.

Jasindo melakukan beberapa upaya untuk mengejar pemenuhan target premi hingga akhir tahun ini. Pertama, menggenjot produk baru di sektor asuransi kesehatan, yakni Jasindo Health Care.

Direktur Utama Jasindo, Eko Budiwiyono mengatakan, Jasindo Health Care berkembang sangat bagus dan mulai dikenal pasar. "Per Juni 2010, Jasindo Health Care telah menarik minat 30 sampai 40 korporasi sebagai mitra, baik korporasi dari perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun perusahaan swasta, dan asing,” ujar Eko kepada KONTAN akhir pekan lalu.


Kedua, Jasindo akan memperluas keagenan dan bekerjasama dengan operator telekomunikasi. Jangan lupa, Jasindo juga berupaya menggenjot bisnis syariahnya. Dengan berbagai strategi tersebut, Eko optimistis, perusahaan asuransi umum yang ia komandani mampu mencapai target perolehan premi Rp 3 triliun tahun ini.

Sikap optimisme tersebut disokong oleh penerimaan premi Jasindo per Juli 2010 yang menembus Rp 1,75 triliun. Nilai ini tumbuh 15% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Kontribusi terbesar perolehan premi hingga tujuh bulan pertama tahun ini, berasal dari asuransi properti, minyak dan gas bumi, rangka kapal, dan kendaraan bermotor. “Ditambah lagi dukungan pertumbuhan premi asuransi kendaraan bermotor yang melejit hingga 40%." terang Eko.

Sepanjang 2010, Jasindo bakal memperbesar premi ritel. Menurut Direktur Ritel Asuransi Jasindo Soeranto, pihaknya akan menaikkan portofolio ritel dari 25% di tahun lalu menjadi 30% tahun ini. "Rencana memperbesar portofolio premi dari sektor ritel ini terkait dengan keinginan kami untuk meningkatkan laba perusahaan,” jelas Soeranto.

Berdasarkan hitung-hitungan manajemen Jasindo, kontribusi ritel terhadap laba lebih besar ketimbang kontribusi nasabah korporasi. Maklum, biasanya klaim dari para nasabah ritel relatif rendah.

Sebaliknya, klaim dari sektor korporasi biasanya lumayan merobek kocek perusahaan asuransi. Soalnya, nilai aset yang mereka lindungi biasanya relatif besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa