Jatah Harum Energy hanya Rp 1 triliun



JAKARTA. Minat investor terhadap penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) PT Harum Energy Tbk sepertinya rendah. Indikasinya, manajemen Harum bersama penjamin emisinya telah memutuskan bandrol saham IPO perusahaan tambang ini Rp 5.200 per saham. Padahal, Harum menawarkan harga saham perdananya di kisaran Rp 5.000-Rp 6.300 per saham.

Manajemen Harum juga memangkas jumlah saham yang akan dilepas ke publik. "Kami memangkas jumlah saham IPO menjadi 500 juta saham," jelas Alexandra Mira, Corporate Secretary Harum Energy.Tadinya, Harum Dana berniat melepas 650 juta saham dalam IPO. Dus, lewat hajatan ini, Harum akan mengantongi fulus sekitar Rp 2,6 triliun.

Ferry Budiman Tandja, Direktur Utama Ciptadana Sekuritas, salah satu penjamin IPO Harum, mengatakan, saham yang dilepas ke publik sebanyak 200 juta saham baru dan 300 juta saham milik pendiri, yaitu PT Karunia Bara Perkasa (KBP). Jadi, dari IPO ini, KBP akan mengantongi dana Rp 1,56 triliun dan Harum Rp 1,04 triliun. "KBP akan mendapat dana dari hasil penjualan sahamnya lewat IPO Harum," kata Ferry, Senin kemarin (21/9).


Harum juga akan mengurangi jumlah saham greenshoe dari 65 juta menjadi 50 juta saham. Saham greenshoe ini akan digunakan untuk menciptakan stabilisasi harga saham Harum pasca-pencatatan saham perdana Harum pada 6 Oktober 2010.

Meski dana yang diperoleh dari IPO ini tidak terlalu besar, Ferry bilang, Harum tetap bisa melanjutkan rencana yang telah disusun sesuai prospektus. Misalnya, Harum akan membayar sebagian utang ke beberapa debitur. Salah satunya, pinjaman ke Bank DBS sebesar US$ 80 juta.

Kinerja kurang menarik

Ferry menambahkan, investor asing mendapat jatah 85% dari total saham yang dilego. Sedangkan pemodal domestik hanya kebagian 15%. Tak heran, Ferry mengklaim, minat investor lokal terhadap IPO saham Harum mengalami kelebihan permintaan atau oversubcribe 4 kali.

Kepala Riset PT Mega Capital Indonesia Danny Eugene menilai, harga IPO saham Harum di Rp 5.200 per saham cukup murah. Ia pernah menilai, harga wajar Harum ada di kisaran Rp 5.500-Rp 5.700 per saham.

Namun, Danny juga melihat, potensi kinerja Harum Energy ini kurang meyakinkan. Selain produksi batubaranya hanya sekitar 7,4 juta ton per tahun, tahun ini harga batubara cenderung fluktuatif.

Atas dasar itu, "Saham IPO Harum kurang menarik dikoleksi," tandas Danny. Ia lalu menunjuk saham PT Berau Energy Tbk (BRAU) sebagai pembanding. Setelah melantai di harga Rp 400 per saham (19/8), harga saham BRAU hanya berkutat di Rp 425-Rp 450 per saham. Padahal, tahun ini BRAU menargetkan produksi batubara 17,9 juta ton.

Sementara Harum Energy hanya menargetkan produksi batubara di 2010 sebesar 7,4 juta ton. Target ini naik 27,58% daripada produksi 2009 sebesar 5,8 juta ton. Direktur Harum Energy Eddy Sumarsono mengatakan, tahun 2012 perusahaannya menargetkan produksi batubara mencapai 14,5 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie