Jatah pinjaman CDB untuk sektor perbankan US$3 M



JAKARTA. Sebagai salah satu bank yang mendapat fasilitas pinjaman dari China Development Bank (CDB), PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk akan memanfaatkan fasilitas pinjaman tersebut untuk pembiayaan proyek pembangunan infrastruktur.

Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo bilang, selama tiga tahun pasca penandatanganan pinjaman di Beijing beberapa waktu lalu, perseroan memiliki jangka waktu untuk grace periode.

Dalam jangka waktu tiga tahun ini, BRI akan menyiapkan proyek pembangunan infrastruktur yang akan dibiayai. Selain untuk pembiayaan proyek pembangunan infrastruktur, BRI juga akan menggunakan fasilitas pinjaman dari CDB untuk proyek-proyek pembiayaan lain yang menghasilkan devisa bagi Indonesia.


"Untuk pencairan pinjaman ini tidak akan kami lakukan sekaligus sebesar US$ 1 miliar, melainkan tergantung pada kebutuhan pembiayaan kami. BRI diberikan waktu selama tiga tahun sebagai grace periode untuk menyiapkan proyek-proyek yang pembiayaannya akan di financing dengan pinjaman CDB ini," kata Haru, Jumat (18/9) akhir pekan kemarin.

Haru menuturkan, pinjaman sebesar US$ 1 miliar dengan 30% di dalamnya adalah mata uang renminbi, merupakan pinjaman bertenor 10 tahun. Dengan jangka waktu yang panjang ini, bank dengan kode emiten BBRI sudah memiliki pipeline pembiayaan untuk proyek pembangunan pembangkit listrik di Indonesia.

Terkait komitmen awal CDB yang akan memberikan fasilitas pinjaman senilai US$ 30 miliar, kata Haru, merupakan perjanjian pinjaman antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah China alias G to G. Haru bilang, fasilitas pinjaman yang diberikan kepada sektor perbankan hanya sebesar US$ 3 miliar untuk tiga bank BUMN yaitu BRI, BNI dan Bank Mandiri.

"Fasilitas pinjaman untuk perbankan hanya US$ 3 miliar untuk tiga bank BUMN. Sedangkan sebesar US$ 27 miliar mungkin diberikan CDB secara langsung ke private sector pemerintah," kata Haru.

Lebih lanjut Haru mengungkapkan, proyek pembangunan infrastruktur yang akan menggunakan fasilitas pinjaman CDB, tidak hanya terbatas digunakan untuk proyek pembangunan yang bekerjasama dengan China. Menurut Haru, pinjaman CDB yang sebanyak 30% merupakan mata uang China yaitu Renminbi sudah masuk dalam persyaratan sebagai Chinese content.

Sehingga, pinjaman tersebut dapat digunakan untuk proyek pembangunan infrastruktur apa pun meski tidak bekerjasama dengan perusahaan asal negeri Tirai Bambu tersebut.

"Tidak harus proyek pembangunan yang bekerjasama dengan perusahaan dari China, karena 30% sudah merupakan Chinese content. Yang penting ada unsur konten China," kata Haru.

Haru menambahkan, fasilitas pinjaman sebesar US$ 1 miliar untuk BRI itu, tidak akan membuat perseroan menjadi tergantung pada fasilitas pinjaman asing. Sebab, kata Haru, dana yang dibutuhkan untuk proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia, jauh lebih besar ketimbang pinjaman tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto