Jawa Tengah diperkirakan deflasi pada Februari



SEMARANG. Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta memperkirakan, Jateng akan kembali mengalami deflasi pada Februari seperti halnya Januari.

"Pada Februari ini kemungkinan Jawa Tengah kembali mengalami deflasi dengan tekanan yang relatif rendah," kata Kepala BI Kanwil V Jateng-DIY Iskandar Simorangkir di Semarang, Rabu (4/2).

Menurutnya, hal tersebut sejalan dengan sejumlah faktor risiko yang lebih terkendali, salah satunya adalah cuaca dan curah hujan yang lebih baik di kabupaten/kota penghasil komoditas pangan sehingga mampu menjaga jumlah pasokan.


Selain itu, mulai masuknya panen padi di sejumlah sentra produksi juga menjadi faktor pemicu terjadinya deflasi pada bulan Februari. Selanjutnya, kebijakan perubahan harga BBM yang akan dilakukan setiap dua bulan baru akan direvisi Maret dan penyesuaian tarif angkutan.

"Untuk harga komoditas internasional juga diperkirakan masih akan mengalami penurunan. Meskipun begitu risiko terhadap tekanan nilai tukar yang terus melemah di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global masih harus diwaspadai," katanya.

Sementara itu, dalam rangka menjaga inflasi, BI akan memperkuat koordinasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Sebelumnya, sesuai dengan keterangan dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi, pada bulan Januari lalu Jateng mengalami deflasi sebesar 0,35%. Capaian tersebut merupakan kebalikan dari inflasi tinggi pada bulan Desember 2014 yang mencapai 2,25%.

Dengan hasil tersebut artinya penurunan inflasi Jateng lebih dalam dibandingkan nasional yang mengalami deflasi bulanan sebesar 0,24%. Menurutnya, faktor pemicu terjadinya deflasi adalah rendahnya tekanan harga pada Januari terutama didorong oleh penurunan harga BBM yang bertransmisi pada penurunan tarif angkutan dan harga komoditas lain.

Hal ini tercermin dari kelompok barang yang diatur Pemerintah (administered prices) dan kelompok pangan pemicu terjadinya inflasi (volatile foods) yang mengalami deflasi di Januari 2015.

Menurutnya, pada bulan Januari lalu kelompok administered prices secara bulanan tercatat mengalami deflasi sebesar 2,93%. Sementara secara tahunan, inflasi di kelompok ini sebesar 10,71%, jumlah tersebut turun tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,37%.

Selain itu, secara bulanan kelompok volatile foods juga mengalami deflasi yaitu sebesar 0,56%. Secara tahunan, inflasi di kelompok ini pun turun dari 11,49% di bulan sebelumnya menjadi 8,31% pada Januari 2015.

Penurunan tersebut terutama disumbang oleh komoditas cabai merah dengan deflasi 0,34% dan cabai rawit dengan deflasi sebesar 0,08%. Untuk faktor utama yang mendorong penurunan harga tersebut salah satunya stok yang melimpah di pasaran terkait dengan mulai masuknya musim panen cabai di beberapa daerah. (Aris Wasita Widiastuti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia