Jawab Tantangan Hulu Migas, PHR Optimalikan Aset Eksisting dan Baru



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berkomitmen mendorong optimalisasi aset eksisting dan baru di tengah situasi industri migas yang kian menantang.

Executive Vice President Upstream Business PHR WK Rokan Edwil Suzandi menjelaskan, operator seringkali dihadapkan pada opsi-opsi strategi operasi yang mengharuskannya untuk tetap konsisten dan efisien dengan memanfaatkan yang ada.

Edwil menerangkan, salah satu tugas utama PHR saat alih kelola aset adalah melakukan pendataan secara komprehensif kondisi fasilitas terpasang yang diserahterimakan.


"Dengan pendataan tersebut, PHR dapat menyusun rencana perawatan yang efektif dan efisien, merancang strategi operasi dan eksploitasi minyak yang optimal, aman dan andal, dengan tetap mematuhi seluruh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku," kata Edwil dalam keterangan resmi, Sabtu (22/10).

Baca Juga: Belum Ada Kepastian Mitra, Pertamina Masih Mampu Kelola Blok Rokan

Menurutnya, proses alih kelola Blok Rokan membuat PHR diwarisi wilayah operasi raksasa, PHR mendapat limpahan ribuan sumur tua serta fasilitas-fasilitas penunjang yang rata-rata telah dioperasikan hampir seabad oleh operator sebelumnya.

Mulai dari fasilitas bawah permukaan (subsurface) seperti pompa, casing dan tubing, hingga fasilitas permukaan (surface facilities) seperti jaringan pipa produksi, stasiun pengumpul, instalasi listrik, hingga jaringan pipa utama menuju pengapalan.

PHR terus mengembangkan inisiatif-inisiatif baru untuk meningkatkan produksi.  Sebut saja studi eksplorasi di Formasi Telisa dan Batuan Dasar / Basement Rokan. Studi ini dilakukan untuk menilai kelayakan pemboran eksplorasi lebih lanjut, guna membuka potensi baru dalam pengembangan wilayah ini.

“Potensi produksi minyak dari lapangan-lapagan baru tersebut tentu memerlukan kesiapan serta keandalan fasilitas-fasilitas penunjang,” ujar Edwil.

Kontan mencatat, memasuki dua tahun pengelolaan Blok Rokan, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) masih tak kunjung menggandeng mitra. Padahal, sesuai ketentuan dalam kontrak bagi hasil, PHR diharuskan mengelola Blok Rokan bersama dengan mitra.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih mengkaji perkembangan yang ada di Blok Rokan.

"Selama ini Pertamina minta waktu untuk mundur menentukan (mitra), nanti kita lihat arahnya," kata Dwi di Kementerian ESDM, Kamis (12/10).

Menurutnya, untuk saat ini memasuki dua tahun pengelolaan Blok Rokan, Pertamina masih mampu mengelola Blok Rokan tanpa menggandeng mitra.  "(Pengelolaan) yang sekarang (tetap) berjalan,"  tambah Dwi.

Baca Juga: Menimbang Kemampuan Pertamina Kelola Blok Rokan Tanpa Mitra

Sekretaris Perusahaan Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina Arya Dwi Paramita menjelaskan, memasuki dua tahun pengelolaan Blok Rokan, PHR tercatat mampu meningkatkan produksi dari tahun ke tahun, bahkan berada di puncak produksi minyak dan gas (migas) Indonesia dengan capaian 172 ribu setara minyak per hari (BOPD), bertepatan dengan 2 tahun pasca alih kelola Blok Rokan pada Agustus 2023.

"Selain itu, dalam kurun waktu 2 tahun sejak alih kelola Blok Rokan, PHR telah mengebor sebanyak 825 sumur dan ada 84 rig di WK Rokan," jelas Arya kepada Kontan, awal Oktober lalu.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai PT Pertamina mampu mengelola Blok Rokan tanpa harus menggandeng mitra.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengungkapkan, memasuki tahun kedua pengelolaan Blok Rokan, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dinilai masih mampu untuk mengelola blok tersebut sendirian.

"Pertamina masih jalan sendiri sekarang. Masih bisa (sendiri)," kata Tutuka di Kementerian ESDM.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai PT Pertamina Hulu Rokan sejauh ini terhitung cukup mampu dalam mengelola Blok Rokan tanpa menggandeng mitra.

Meski demikian, jika kemudian PHR memutuskan untuk mengelola Blok Rokan bersama dengan mitra maka pengembangan diyakini bakal lebih optimal.

Ada hal-hal yang bisa dijangkau misalnya pengembangan, eksplorasi tambahan. Akselerasinya yang lebih cepat," kata Komaidi.

Meski demikian, menurutnya jika sejauh ini Pertamina dinilai mampu untuk mengelola Blok Rokan sendirian serta memberikan manfaat yang lebih besar maka Pertamina dapat didorong untuk tidak harus menggandeng mitra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari