JAKARTA. Jualan gadget anyar di Tanah Air, sepertinya tak ada habisnya. Hebatnya lagi, hampir seluruh gadget anyar yang mengusung teknologi paling gres selalu saja diantre pembeli.Lihat saja, antrean membeli iPhone generasi teranyar atau iPhones seri 5 pada Kamis (13/12) lalu. Deretan calon membeli tampak mengular. Beruntung antrean ini tak kisruh seperti ketika Samsung merilis perdana Samsung Galaxy Note atau saat BlackBerry merilis BlackBerry Bellagio beberapa waktu lalu.Tak kurang, dalam waktu satu hari itu, dua operator besar di Tanah Air, Telkomsel dan Indosat, mampu menjual total 2.300 unit IPhone 5. Kalau dirinci, Telkomsel menjual 2.000 unit, sedangkan Indosat cukup 300 unit saja. Bahkan, saking kepincutnya dengan gadget anyar besutan Apple ini, Presiden Direktur PT Telesindo Shop Hengky Setiawan, rela terbang ke Singapura untuk bisa mendapatkan iPhone 5.Memang, sebelum dirilis di Indonesia, iPhone 5 lebih dulu dijual di Singapura sebulan silam. "Produk Apple terbaru meluncur ke pasar satu tahun sekali. Inilah yang membuat para pengguna merasa eksklusif, apalagi sebagai pengguna pertama," kata Hengky kepada KONTAN, Jumat (14/12) kemarin.Pemilik bisnis ritel ponsel serta ponsel lokal Ti-Phone ini mengaku maniak gadget Apple. Kemana-mana, ia selalu membawa dua gadget made in USA ini, yakni iPad 2 dan yang tergres, iPhone 5.Rasa sukanya ini ia tularkan ke keluarga. Malah, sang anak yang usianya baru empat tahun sudah mahir bermain games di iPhone 5Menurutnya, keinginan jadi pengguna pertama gadget canggih sudah menjadi fenomena. Hengky bercerita, satu hari setelah iPhone 5 dirilis di Singapura, ada orang Indonesia berani membeli ponsel pintar tersebut dengan harga Rp 12,5 juta untuk kapasitas 16 giga byte (GB). Padahal, harganya cuma Rp 7 jutaan. "Karena ingin menjadi pemakai pertama," katanya.Operator untungPengamat gadget Herry Setiadi Wibowo menilai, perilaku konsumen yang rela antri ini lebih karena alasan gengsi dan prestise, bukan soal ada produk teknologi baru atau ada diskon. Karena, "Produk Apple itu sudah menjadi simbol status sosial," katanya.Sebagai simbol status, tak aneh, kalau pemilik gadget ini juga senang pamer ke publik. Padahal bisa jadi, fungsi atau fitur yang terkandung dalam gadget tersebut sama sekali tidak dimengerti oleh si pengguna.Apapun, menurut Agoes W Suhadi, Direktur Program Prasetya Mulya Business School, peluncuran iPhone 5 di pengujung tahun ini momen yang tepat. Saat sekarang ini, banyak pekerja yang dapat bonus akhir tahun. "Memang kebanyakan orang membeli brand-nya, bukan fitur atau kecanggihannya," ucapnya.Apple, Samsung, BlackBerry atau Nokia sudah kuat secara merek. Dari ilmu pemasaran, merek yang kuat mampu membentuk persepsi masyarakat untuk memilikinya. Namun bukan demi kebutuhan, tapi gaya hidup.Yang untung, selain pabrikan juga operator seluler. Menurut Erik Meijer, Direktur dan Chief Commercial PT Indosat Tbk, paket bundel IPhone 5 dengan Indosat diyakini bisa mendongkrak pendapatan rata-rata dari pelanggan ke Indosat atau average revenue per user (ARPU). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Jebakan gengsi iPhone 5
JAKARTA. Jualan gadget anyar di Tanah Air, sepertinya tak ada habisnya. Hebatnya lagi, hampir seluruh gadget anyar yang mengusung teknologi paling gres selalu saja diantre pembeli.Lihat saja, antrean membeli iPhone generasi teranyar atau iPhones seri 5 pada Kamis (13/12) lalu. Deretan calon membeli tampak mengular. Beruntung antrean ini tak kisruh seperti ketika Samsung merilis perdana Samsung Galaxy Note atau saat BlackBerry merilis BlackBerry Bellagio beberapa waktu lalu.Tak kurang, dalam waktu satu hari itu, dua operator besar di Tanah Air, Telkomsel dan Indosat, mampu menjual total 2.300 unit IPhone 5. Kalau dirinci, Telkomsel menjual 2.000 unit, sedangkan Indosat cukup 300 unit saja. Bahkan, saking kepincutnya dengan gadget anyar besutan Apple ini, Presiden Direktur PT Telesindo Shop Hengky Setiawan, rela terbang ke Singapura untuk bisa mendapatkan iPhone 5.Memang, sebelum dirilis di Indonesia, iPhone 5 lebih dulu dijual di Singapura sebulan silam. "Produk Apple terbaru meluncur ke pasar satu tahun sekali. Inilah yang membuat para pengguna merasa eksklusif, apalagi sebagai pengguna pertama," kata Hengky kepada KONTAN, Jumat (14/12) kemarin.Pemilik bisnis ritel ponsel serta ponsel lokal Ti-Phone ini mengaku maniak gadget Apple. Kemana-mana, ia selalu membawa dua gadget made in USA ini, yakni iPad 2 dan yang tergres, iPhone 5.Rasa sukanya ini ia tularkan ke keluarga. Malah, sang anak yang usianya baru empat tahun sudah mahir bermain games di iPhone 5Menurutnya, keinginan jadi pengguna pertama gadget canggih sudah menjadi fenomena. Hengky bercerita, satu hari setelah iPhone 5 dirilis di Singapura, ada orang Indonesia berani membeli ponsel pintar tersebut dengan harga Rp 12,5 juta untuk kapasitas 16 giga byte (GB). Padahal, harganya cuma Rp 7 jutaan. "Karena ingin menjadi pemakai pertama," katanya.Operator untungPengamat gadget Herry Setiadi Wibowo menilai, perilaku konsumen yang rela antri ini lebih karena alasan gengsi dan prestise, bukan soal ada produk teknologi baru atau ada diskon. Karena, "Produk Apple itu sudah menjadi simbol status sosial," katanya.Sebagai simbol status, tak aneh, kalau pemilik gadget ini juga senang pamer ke publik. Padahal bisa jadi, fungsi atau fitur yang terkandung dalam gadget tersebut sama sekali tidak dimengerti oleh si pengguna.Apapun, menurut Agoes W Suhadi, Direktur Program Prasetya Mulya Business School, peluncuran iPhone 5 di pengujung tahun ini momen yang tepat. Saat sekarang ini, banyak pekerja yang dapat bonus akhir tahun. "Memang kebanyakan orang membeli brand-nya, bukan fitur atau kecanggihannya," ucapnya.Apple, Samsung, BlackBerry atau Nokia sudah kuat secara merek. Dari ilmu pemasaran, merek yang kuat mampu membentuk persepsi masyarakat untuk memilikinya. Namun bukan demi kebutuhan, tapi gaya hidup.Yang untung, selain pabrikan juga operator seluler. Menurut Erik Meijer, Direktur dan Chief Commercial PT Indosat Tbk, paket bundel IPhone 5 dengan Indosat diyakini bisa mendongkrak pendapatan rata-rata dari pelanggan ke Indosat atau average revenue per user (ARPU). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News