Jakarta. Akhir tahun sudah sudah di depan mata. Lazimnya, saat seperti ini momen tum bagi pelaku pasar melakukan window dressing. Anda pasti sudah tahu, window dressing adalah fenomena di pasar modal ketika harga-harga saham di bursa meningkat karena para fund manager ingin meningkatkan nilai portofolio dana kelolaan mereka.Harga saham bisa terkerek karena sejumlah perusahaan biasa menggenjot kinerja secara signifi kan di akhir tahun. Tak heran indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa terungkit. Window dressing juga biasa terjadi di reksadana saham.Namun, jika melihat potret IHSG dari awal tahun hingga 28 November 2013, harapan melihat indeks terkerek di akhir tahun hampir mustahil. Merujuk data di Bloomberg, kinerja IHSG paling jeblok dibandingkan indeks lain di kawasan regional. Hingga pukul 23.00 WIB, dalam periode tersebut, IHSG turun 1,92% hingga mencatatkan diri di level 4.233,93 alias satu-satunya yang memerah.Direktur Utama Ciptadana Securities Fery Budiman Tanja mengatakan, penyebab IHSG berada di area merah adalah kondisi makro ekonomi yang runyam, antara lain penurunan cadangan devisa dan deficit transaksi berjalan.Cadangan devisa kita per 31 Oktober 2013 tinggal US$ 96,99 miliar. Padahal pada akhir Desember 2012 masih US$ 112,8 miliar. Sementara, transaksi berjalan per kuartal III 2013, tercatat defisit 3,8% atau minus US$ 8,45 juta.Harry Su, Head of Equities and Research Bahana Securities, setuju pada pendapat kondisi makro yang menyebabkan indeks saham terus melata. Pelemahan rupiah ikut dalam barisan kondisi makro jeblok. Pada 28 November 2013, rupiah malah berada di posisi terlemah, yakni sampai Rp 12.018 per dollar Amerika Serikat (AS), anjlok 24,17% sejak awal tahun.Harry bilang, sepanjang tahun ini pemerintah sebenarnya sudah berusaha memperbaiki rapor makro ekonomi. Antara lain dengan memberlakukan kenaikan tarif impor menjadi 7,5%. “Namun pemulihan belum juga terjadi,” kata Harry.Tekanan kuat dari rapor makro ekonomi tersebut menyebabkan sentimen global bukan sumber utama penyebab IHSG loyo. Paling, sentimen global yang cukup memberikan pengaruh adalah isu tapering off quantitative easing dari AS sebenarnya tak berpengaruh besar. Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo yakin, AS masih akan menyuntikkan dana meski kemungkinan jumlah akan berkurang.Sayang, upaya memperbaiki makro ekonomi membutuhkan waktu. Oleh karena itu, hingga akhir tahun nanti, tekanan kondisi makro masih akan membelit gerak IHSG. Bahkan, kendala ini masih akan menghantui gerak indeks saham, berbarengan dengan tantangan lain yang muncul di tahun depan. “Tahun depan, di semester I, bursa saham masih akan diliputi ketidakpastian karena sentiment makro ekonomi, tapering off dan momen pemilihan umum (pemilu),” beber Praska.Namun, Praska melihat, ada sisi positif yang kemungkinan terjadi di tahun depan, yakni ekspektasi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) hingga 50 bps. Pasalnya, infl asi kemungkinan sudah melambat karena dampak kenaikan harga bahan bakar mentah (BBM) sudah menguap.Berharap pasar bergairahKepala Riset Mandiri Sekuritas John Rahmat mengatakan , tantangan yang dihadapi IHSG tahun ini dan tahun depan masih bakal mempengaruhi niat perusahaan untuk menggelar inital public offering (IPO). Sebagian perusahaan itu akan menunggu hingga benar-benar ada sinyal positif di antara beragam sentimen negatif tersebut.Kalau pun perusahaan tetap menawarkan sahamnya kepada masyarakat (go public), John bilang, itu karena rencana IPO mereka biasanya memang sudah dipatok sejak lama. Bisa juga karena mereka sedang butuh duit untuk ekspansi.John sendiri hanya berani mematok target posisi IHSG pada akhir 2013 di 4.000. “Saya agak pesimistis sampai akhir tahun karena memang banyak sentimen,” ujar John.Di tengah kekhawatiran pasar modal yang masih akan suram hingga tahun depan, Bursa Efek Indonesia (BEI) memilih pasang strategi demi menggairahkan pasar saham. Caranya dengan mengubah aturan transaksi bursa meliputi satuan lot, fraksi harga saham, serta maksimal volume penawaran jual dan permintaan beli. Aturan ini bakal berlaku efektif per 6 Januari 2014 depan .Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat bilang, kebijakan mengubah satuan lot saham bakal membuka peluang semakin banyak investor ritel untuk masuk ke pasar saham. Mengenai pengubahan fraksi harga, dia bilang, demi meningkatkan efi siensi dan kedalaman transaksi.Yumetri Abidin, Sekjen Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISI), sependapat tentang aturan penerapan pengubahan satuan lot. Namun, untuk pengubahan fraksi harga saham, dia berpendapat lain. “Akan menyebabkan trading saham tidak akan menarik sehingga pasar trading saham justru tak akan atraktif tahun depan,” kata Yumetri.Yuk kita bedah kendala-kendala yang menghadang itu.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 10 - XVIII, 2013 Laporan UtamaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Jebloknya makro ekonomi dalam negeri hajar IHSG
Jakarta. Akhir tahun sudah sudah di depan mata. Lazimnya, saat seperti ini momen tum bagi pelaku pasar melakukan window dressing. Anda pasti sudah tahu, window dressing adalah fenomena di pasar modal ketika harga-harga saham di bursa meningkat karena para fund manager ingin meningkatkan nilai portofolio dana kelolaan mereka.Harga saham bisa terkerek karena sejumlah perusahaan biasa menggenjot kinerja secara signifi kan di akhir tahun. Tak heran indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa terungkit. Window dressing juga biasa terjadi di reksadana saham.Namun, jika melihat potret IHSG dari awal tahun hingga 28 November 2013, harapan melihat indeks terkerek di akhir tahun hampir mustahil. Merujuk data di Bloomberg, kinerja IHSG paling jeblok dibandingkan indeks lain di kawasan regional. Hingga pukul 23.00 WIB, dalam periode tersebut, IHSG turun 1,92% hingga mencatatkan diri di level 4.233,93 alias satu-satunya yang memerah.Direktur Utama Ciptadana Securities Fery Budiman Tanja mengatakan, penyebab IHSG berada di area merah adalah kondisi makro ekonomi yang runyam, antara lain penurunan cadangan devisa dan deficit transaksi berjalan.Cadangan devisa kita per 31 Oktober 2013 tinggal US$ 96,99 miliar. Padahal pada akhir Desember 2012 masih US$ 112,8 miliar. Sementara, transaksi berjalan per kuartal III 2013, tercatat defisit 3,8% atau minus US$ 8,45 juta.Harry Su, Head of Equities and Research Bahana Securities, setuju pada pendapat kondisi makro yang menyebabkan indeks saham terus melata. Pelemahan rupiah ikut dalam barisan kondisi makro jeblok. Pada 28 November 2013, rupiah malah berada di posisi terlemah, yakni sampai Rp 12.018 per dollar Amerika Serikat (AS), anjlok 24,17% sejak awal tahun.Harry bilang, sepanjang tahun ini pemerintah sebenarnya sudah berusaha memperbaiki rapor makro ekonomi. Antara lain dengan memberlakukan kenaikan tarif impor menjadi 7,5%. “Namun pemulihan belum juga terjadi,” kata Harry.Tekanan kuat dari rapor makro ekonomi tersebut menyebabkan sentimen global bukan sumber utama penyebab IHSG loyo. Paling, sentimen global yang cukup memberikan pengaruh adalah isu tapering off quantitative easing dari AS sebenarnya tak berpengaruh besar. Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo yakin, AS masih akan menyuntikkan dana meski kemungkinan jumlah akan berkurang.Sayang, upaya memperbaiki makro ekonomi membutuhkan waktu. Oleh karena itu, hingga akhir tahun nanti, tekanan kondisi makro masih akan membelit gerak IHSG. Bahkan, kendala ini masih akan menghantui gerak indeks saham, berbarengan dengan tantangan lain yang muncul di tahun depan. “Tahun depan, di semester I, bursa saham masih akan diliputi ketidakpastian karena sentiment makro ekonomi, tapering off dan momen pemilihan umum (pemilu),” beber Praska.Namun, Praska melihat, ada sisi positif yang kemungkinan terjadi di tahun depan, yakni ekspektasi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) hingga 50 bps. Pasalnya, infl asi kemungkinan sudah melambat karena dampak kenaikan harga bahan bakar mentah (BBM) sudah menguap.Berharap pasar bergairahKepala Riset Mandiri Sekuritas John Rahmat mengatakan , tantangan yang dihadapi IHSG tahun ini dan tahun depan masih bakal mempengaruhi niat perusahaan untuk menggelar inital public offering (IPO). Sebagian perusahaan itu akan menunggu hingga benar-benar ada sinyal positif di antara beragam sentimen negatif tersebut.Kalau pun perusahaan tetap menawarkan sahamnya kepada masyarakat (go public), John bilang, itu karena rencana IPO mereka biasanya memang sudah dipatok sejak lama. Bisa juga karena mereka sedang butuh duit untuk ekspansi.John sendiri hanya berani mematok target posisi IHSG pada akhir 2013 di 4.000. “Saya agak pesimistis sampai akhir tahun karena memang banyak sentimen,” ujar John.Di tengah kekhawatiran pasar modal yang masih akan suram hingga tahun depan, Bursa Efek Indonesia (BEI) memilih pasang strategi demi menggairahkan pasar saham. Caranya dengan mengubah aturan transaksi bursa meliputi satuan lot, fraksi harga saham, serta maksimal volume penawaran jual dan permintaan beli. Aturan ini bakal berlaku efektif per 6 Januari 2014 depan .Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat bilang, kebijakan mengubah satuan lot saham bakal membuka peluang semakin banyak investor ritel untuk masuk ke pasar saham. Mengenai pengubahan fraksi harga, dia bilang, demi meningkatkan efi siensi dan kedalaman transaksi.Yumetri Abidin, Sekjen Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISI), sependapat tentang aturan penerapan pengubahan satuan lot. Namun, untuk pengubahan fraksi harga saham, dia berpendapat lain. “Akan menyebabkan trading saham tidak akan menarik sehingga pasar trading saham justru tak akan atraktif tahun depan,” kata Yumetri.Yuk kita bedah kendala-kendala yang menghadang itu.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 10 - XVIII, 2013 Laporan UtamaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News