Jejak Usman Perdanakusuma menakhodai PT Garam (1)



Nama Usman Perdanakusuma, boleh jadi, belum familiar sebagai petinggi sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia. Maklum, karir Usman di PT Garam (Persero) terbilang masih seumur jagung.

Di perusahaan BUMN yang bergerak di bidang produksi garam itu, Usman baru menduduki jabatan Direktur Utama sejak 5 Juli 2014. Ia ditunjuk langsung Dahlan Iskan, Menteri BUMN di era pemerintahan sebelumnya.

Sebelumnya, putra asli Madura kelahiran Surabaya, Jawa Timur  54 tahun silam itu, sempat berkarir sebagai staf ahli Kepala Perum Bulog. Jabatan terakhir Usman sebelum menjadi pucuk pimpinan PT Garam adalah Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan hingga awal Juli 2014.


Memimpin sebuah perusahaan BUMN, sejatinya tak pernah terlintas di benak Usman. Sejak kecil, ia hanya bercita-cita menjadi seorang yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depannya.

Meski dibesarkan dari keluarga mapan, tidak lantas membuat Usman dimanja orang tuanya. Sejak kecil dirinya sudah dilatih menjadi pribadi yang mandiri. Untuk mencapai impiannya studi di Amerika Serikat (AS), Usman harus berjuang dengan susah payah mencari uang  sendiri.

Karena itu, setelah berhasil meraih gelar sarjana hukum di Universitas Trisakti Jakarta, Usman banyak mengisi waktunya sebagai dosen ilmu hukum dagang di almamaternya tersebut.

Tugas mulia itu dilakukan Usman, ya itu tadi, untuk mewujudkan keinginannya meneruskan kuliah di AS. Apalagi, ia tak kunjung meraih beasiswa. “Saya jadi dosen untuk menabung supaya bisa kuliah di Amerika,” ungkap Usman.

Dewi fortuna pun akhirnya menyertai cita-cita Usman. Di pengujung tahun 1989, ia melanjutkan studi di Pacific State University, California, AS. Yang menarik, bukan melanjutkan kuliah di bidang hukum, ia justru mengambil gelar master di bidang administrasi perdagangan.

Keinginan itu, kata Usman, terinspirasi oleh petuah guru gajinya yang menyebutkan bahwa 80% rejeki manusia adalah dari berdagang. “Saya ingin mengikuti jejak Nabi Muhammad yang berdagang untuk mensejahterakan sesama,” imbuh Usman.

Namun, kuliah di negeri Abang Sam itu, tak seindah yang dibayangkan Usman. Jauh dari keluarga dan harus hidup mandiri, memaksa Usman harus mencari uang tambahan demi menutupi kebutuhan kuliah.

Untuk membeli buku kuliah Usman rela bekerja serabutan. Di AS, ia pernah bekerja paruh waktu menjadi tukang cuci piring dan mengepel lantai di sebuah restoran. Setelah pekerjaan itu selesai, Usman bekerja sebagai tukang potong rumput untuk mendapat penghasilan tambahan.

Usahanya tak sia-sia. Usman akhirnya berhasil menyandang gelar Master Business of Administration (MBA) dengan predikat cumlaude di Pacific State University. Setelah menamatkan pendidikan MBA, Usman bekerja di sebuah perusahaan konsultan di AS, karena diajak bergabung dosennya.

Tidak lama bergabung sebagai konsultan, pada tahun 1991, Usman  memutuskan pulang ke tanah air. Pada tahun yang sama, Usman langsung bergabung di sebuah perusahan konsultan manajemen di Jakarta.

Namun, di perusahaan tersebut, Usman hanya bertahan selama satu tahun. Pada tahun 1993, melalui koleganya, Usman diminta menjadi staf khusus Menteri Tenaga Kerja. Gayung pun bersambut. Usman tertarik menerima tawaran tersebut dengan dalih bahwa tenaga kerja punya peranan penting dalam pembangunan bangsa.

Selain itu, ia mengaku selalu tertarik bekerja bersama dengan tim yang memiliki tujuan menyejahterakan rakyat kecil. “Tolak ukur kemajuan suatu negara kan dari SDM-nya. Ini sangat fundamental bagi kemajuan bangsa,” ujar Usman

Saat menjabat sebagai Staf Khusus Mentri Tenaga Kerja, Usman bertanggung jawab melakukan berbagai kajian terkait permasalahan nasib buruh, bagaimana menyejahterakan buruh dan memberikan solusi untuk perbaikan manajemen. Misalnya, soal kebijakan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.

Hampir lima tahun Usman bertahan menjalani profesi sebagai staf khusus Menteri Tenaga Kerja. Kepiawaiannya dalam membidangi konsultasi, membuat pemerintah melirik Usman untuk ikut membenahi Perum Bulog.

Alhasil, Usman ditunjuk jadi staf ahli Kepala Bulog. Tugasnya saat itu adalah ikut melakukan pembenahan di tubuh Bulog yang saat itu sedang ramai-ramainya terjerat kasus hukum.

Hingga akhirnya atau tepatnya pada 5 Juli 2014, Usman ditunjuk langsung oleh Menteri BUMN memimpin PT Garam. Namun, tidak mudah bagi Usman menerima amanah untuk memimpin perusahaan negara yang sedang kolaps ketika itu.

Menurut Usman, saat dirinya dipercaya untuk menakhodai PT Garam, banyak sarana dan prasarana produksi PT Garam yang tidak berjalan. Tapi, bagi dia, ini adalah tantangan dan seni mengelola BUMN. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan