KONTAN.CO.ID - PEKALONGAN. Energi yang lumayan banyak terkuras di hari pertama, membuat kami memutuskan untuk memecah tim Jelajah Ekonom Kontan menjadi 2 group. Harapannya, supaya para anggota tim mempunyai cukup waktu untuk istirahat sebelum memulai jelajah di hari ke dua. Group pertama akan pergi ke Sentra Tambak Udang di Kecamatan Degayu, Pekalongan untuk mengambil gambar dan mewawancarai para pembudidaya udang. Sekitar pukul 7.00 group yang hanya beranggotakan 3 orang meluncur ke lokasi. Setelah menempuh perjalanan 30 menit, kami sampai di perkampungan padat penduduk di Kecamatan Degayu.
Kami baru sampai jajaran tambak udang setelah 200 meter melewati daerah perkampungan itu. Mobil Pajero kami ajak untuk menjelajah ke dalam area tambak untuk merekam aktivitas para petani udang sedang sibuk membersihkan kolam. Sebagian pembudidaya terlihat berteduh di dalam pondok-pondok yang berada di depan area kolam udang. Semakin dalam kami meluncur, bukannya bau udang yang tercium melainkan bau sampah. Rupanya, di ujung area tambak ini dijadikan tempat pembuangan akhir (TPA). Gunungan sampah plastik terlihat bertumpuk ujung area tambak. Setelah berkeliling lokasi, Tim Jelajah Ekonomi Kontan (JEK) turun untuk mengobrol dengan beberapa pembudidaya udang. Mereka rupanya menyambut baik pembangunan tol Trans Jawa karena dianggap bisa memudahkan mereka. Setelah mendengarkan curhatan para pembudidaya udang, kami kembali ke Pekalongan menuju Pasar Setono untuk menjemput tim 2 anggota JEK untuk segera meluncur ke Kabupaten Batang.
Group kedua pergi ke Pasar Grosir Setono. Pasar grosir batik yang terletak persis di depan pintu keluar tol Pekalongan. Waktu tim sampai di pasar yang berusia hampir 20 tahun ini, ternyata masih sangat sepi. Rupanya kami datang terlalu pagi. Para pedagang baru membuka kios-kiosnya setelah pukul 10 pagi. Menunggu kios buka, kami berkeliling-keliling dan akhirnya bertemu dengan pengurus koperasi . Ternyata pasar ini hanya menjadi semacam gerai penjualan para perajin batik Pekalongan. Para pemilik dan perajin batik biasanya berkegiatan di rumah sekaligus bengkelnya, mereka hanya akan ada di pasar kalau kita melakukan janji temu. Akhirnya janji temu dadakan kami lakukan dengan 2 pemilik kios yang besar. Namanya dadakan tentu saja kami harus menunggu para pemilik itu menyelesaikan urusannya. Sambil menunggu, kami memutuskan untuk meluncur ke salah satu
workshop pembuatan batik di daerah Kauman, alun-alun Pekalongan. Pasar Setono ini menjadi pasar yang unik, karena tak hanya batik murah meriah seharga Rp 30 ribu yang dijual di sini, tapi juga batik seharga jutaan rupiah. Usai wawancara dan liputan di Pasar Setono, tim pertama merapat ke pasar untuk konsolidasi anggota tim untuk mewawancarai Pemerintah Daerah Batang. Sekitar pukul 12.00 kami melanjutkan perjalanan ke kantor Bupati Batang. Sebelum masuk area pemerintahan Kabupaten Batang, JEK memutuskan untuk berkeliling kota melihat suasana keramaian. Siang itu jalanan terlihat lenggang, hanya terlihat beberapa kendaraan pribadi yang melintas. Teriknya sinar matahari, membuat alun-alun kota yang berada tepat di depan pendopo Kabupaten Batang terlihat sepi. Warung-warung makan di sekitar alun-alun pun masih tutup. Sekitar pukul 14.00 akhirnya kami bertemu dengan Wihaji Bupati Batang untuk wawancara seputar perkembangan daerah pasca dibukanya tol Trans Jawa. Rupanya, Kabupaten Batang sedang menyusun strategi untuk mengundang para investor datang. Tak hanya itu, Pemerintah Daerah Batang juga menyiapkan destinasi wisata edukasi baru untuk memikat para pelancong.
Usai wawancara kami melanjutkan perjalanan ke pabrik pengolahan cokelat UGM Cocoa Teaching Industry, di jalan Sraman Wonokerso, Kandeman, Kabupaten Batang dengan ditemani tim humas Pemerintah Daerah Kabupaten Batang. Di pabrik ini JEK menjelajahi proses pengolahan cokelat dari biji cokelat sampai menjadi cokelat siap makan. Uniknya, tepat di bagian depan pabrik terdapat puluhan hektare kebun cokelat milik salah satu perusahaan pelat merah. Rencananya, pabrik ini akan dibuka menjadi lokasi wisata edukasi untuk para pelancong dan akademisi.
Puas menjelajahi pabrik, kami meluncur menuju Pantai Sigandu, yang hanya berjarak 11,7 km dari pabrik. Di sana JEK menikmati suasana senja di Kabupaten Batang. Ceritanya untuk menikmati suasana sore hari di pantai Batang. Makan malam, kami kembali menikmati Nasi Megono dengan menggelar tikar di hamparan rumput di alun-alun Kabupaten Batang. Rasanya masih ingin berkeliling kota dan menemukan lebih banyak hal unik, tapi mengingat jadwal di hari ke-3 yang akan jauh lebih padat, kami memutuskan segera istirahat seusai makan malam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Djumyati P.