KONTAN.CO.ID - SOLO NGAWI. Jadwal tim Jelajah Ekonomi Kontan (JEK) hari ini membuat tim harus berpisah sepanjang hari. Pasalnya satu tim akan menelusuri berbagai potensi dan geliat pertumbuhan di daerah Ngawi, satu tim lainnya akan menelusuri Kota Solo. Kedua daerah ini terpisah dengan jarak hampir 100 km, jadi kami memutuskan konsentrasi di daerah masing-masing sebelum bertemu kembali di sore hari. Tim pertama sudah berangkat dari jam 4.30 pagi dari penginapan kami di Solo dengan mengendarai Mitsubishi Pajero. Kami berencana untuk kembali berburu indahnya matahari terbit di gerbang pintu tol masuk Solo. Cuaca pagi itu awalnya kurang mendukung karena kabut tebal menyelimuti jalan tol. Kami harus menunggu sampai sekitar jam 7 pagi untuk bisa mendapatkan momen gambar indah.
Selesai mengambil gambar dan video, tim pertama segera meluncur ke Soto Trisakti untuk makan pagi. Kuliner soto daging khas Solo dengan kuah bening dan gurihnya. Pukul 8 pagi, tim pertama melanjutkan perjalanan ke Bendung Karet Tirtonadi. Ini adalah bendungan yang sudah direvitalisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di hulu Sungai Pepe. Bendungan ini difungsikan untuk pengendalian banjir di Kota Solo, memenuhi kebutuhan air baku, dan tempat rekreasi. Kami hanya menghabiskan waktu sekitar setengah jam di bendungan untuk selanjutnya bergegas menuju ke Pasar Triwindu. Pasar yang berbeda dari pasar kebanyakan, karena di Pasar Triwindu kita hanya akan menemukan barang-barang antik di Kota Solo. Kami sempat mewawancarai pengelola Pasar Triwindu serta beberapa pedagang di pasar untuk mengetahui pengaruh jalan tol trans-Jawa. Beberapa dari mereka merasa tol ini bisa memudahkan akses ke tempat tersebut. Namun untuk pengunjung turis asing cenderung sepi karena masalah ekonomi global serta stok barang antik yang kian menipis.
Sesudah dari pasar, kami pun menuju ke objek wisata baru yakni Museum De Tjolomadu. Pada awalnya kawasan museum itu merupakan pabrik Gula Colomadu. Bangunan tersebut kemudian pada 2017 direvitalisasi mengikuti kaidah cagar budaya oleh perusahaan joint venture BUMN yakni PT Sinergi Colomadu. Kami pun diajak berkeliling pengelola sambil mengambil gambar di gedung yang berdiri sejak 1861 tersebut. Di sini kami pun sempat mewawancarai George Ngantung, GM Finance and HC PT Sinergi Colomadu mengenai sinergi BUMN membangun museum tersebut serta dampak tol trans Jawa ke pengunjung museum. Tak lupa kami makan siang di cafe yang terdapat di dalam museum. Usai dari museum, tim bergegas meluncur lagi untuk mencari gambar suasana ruas tol Ngawi-Madiun. Kami pun menuju rest area 597 untuk bertemu dengan tim Jasa Marga untuk berkoordinasi soal pengambilan gambar dan video. Pukul 17.15 kami pun berada di KM 611. Di sana pengambilan gambar dilakukan meski cuaca sedikit berawan kami setidaknya dapat menerbangkan drone dan juga mengambil gambar suasana sore di ruas tol Ngawi ke Surabaya. Tak lama tim kedua pun ikut bertemu kami di KM 611 usai selesai meliput di Ngawi.
Tim kedua berangkat sekitar pukul 7 dari hotel untuk langsung melaju di jalan tol menuju Ngawi. Dalam perjalanan dengan menggunakan mobil rental ini kami mulai sedikit panik, karena kendaraan agak kami sedikit terjebak lalu-lintas kota dan harus berputar untuk mencapai pintu tol keluar Solo menuju Ngawi. Di pintu tol Solo, aplikasi navigasi menunjukkan perkiraan waktu sampai di Ngawi sekitar pukul 8.15 padahal janji wawancara kami dengan Wakil Bupati Ngawi di pukul 8.00. Rupanya sopir kami mendengar pembicaraan kami dan memacu kendaraan dengan cepat di jalan tol. Kebetulan kondisi jalan tol memang cenderung sepi pagi itu. Tiba-tiba saja bank belakang mobil kami meletus, sepertinya memang karena kondisi ban mobil rental kami sudah benjol-benjol. Tentulah kami bertambah panik, karena halangan ini membuat kami menjadi makin terlambat. Untunglah sejak awal perjalanan Jelajah Ekonomi Kontan ini kami intensif berkomunikasi dengan Jasa Marga, untuk kebutuhan izin pengambilan gambar di ruas jalan tol. Kami segera mengontak area manajer Jasa Marga di area Ngawi-Kertosono untuk meminta tolong patroli jalan tol mengantarkan kami ke gerbang tol Ngawi. Tak lebih dari 15 menit kami sudah segera meluncur keluar pintu tol Ngawi. Akhirnya kami bisa mewawancarai Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar pukul 9.45, seusai ia menghadiri acara Kabupaten Ngawi dan Badan Narkotik Nasional. Ngawi rupanya sudah membuat beberapa strategi untuk bisa mengungkit pertumbuhan di daerahnya dengan lebih optimal. Simak penjelasan lengkapnya di liputan khusus Jelajah Ekonomi Kontan.
Selesai wawancara kami diantarkan tim dari Kabupaten Ngawi untuk menikmati pecel khas Ngawi. Ternyata Pecel Ibu Sri dijual di tempat makan yang cukup unik. Tempat makan sederhana dengan dapur terbuka khas Jawa dan tungku kayu untuk semua urusan menggoreng dan merebus.
Dari sini kami langsung meluncur ke Benteng Van den Bosch. Benteng yang berdiri sejak tahun 1845 ini menjadi tempat wisata. Walau banyak bagian benteng sudah kelihatan hancur, benteng ini terlihat masih gagah dan indah sebagai tempat berfoto.
Dari benteng ini kami langsung meluncur menuju pengusaha UKM perajin jati. Walau pengusaha kayu jati ini tidak terlalu peduli dengan adanya akses Tol Trans-Jawa, tapi ia mengakui akses baru ini membuka potensi tambahan untuk usahanya.
Seusai dari perajin jati, sebenarnya kami berencana untuk melihat-lihat kawasan wisata teh di Jamus Ngawi. Sayang sekali dalam perjalanan menuju perkebunan teh, hujan lebat turun. Dan hujan ini tak kunjung mereda ketika kami sudah sampai di ujung di kompleks wisata perkebunan Jamus ini. Akhirnya dengan berat hati terpaksa kami pulang dan kembali ke tengah kota ke alun-alun Ngawi. Di alun-alun Ngawi kami istirahat sejenak sambil menikmati alun-alun yang sungguh menakjubkan untuk sekelas kabupaten di Jawa Timur. Alun-alun yang luas ini memiliki lapangan futsal, basket, tenis, dan beberapa sarana olahraga lainnya. Setelah itu kami segera melanjutkan perjalanan untuk menjemput tim pertama dan bersama-sama menuju Surabaya untuk bermalam di Hotel Kampi, Surabaya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Djumyati P.