Jelang Akhir Tahun, Ekonomi Negara Besar Semakin Melemah dari Berbagai Indikator



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ekonomi China, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa masih mengalami pelemahan jelang akhir tahun. Hal ini tercermin dari berbagai indikator perekonomian negara besar yang kian tertekan. 

Ekspor dan impor China secara tak terduga terkontraksi pada Oktober menjadi penurunan pertama sejak Mei 2022. Ini merupakan dampak dari  lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga menekan permintaan global, mengutip Reuters pada Senin (7/11). 

Sedangkan kebijakan zona nol Covid-19 yang berlaku di dalam negeri mengganggu produksi dan konsumsi. Ekspor menyusut 0,3% year on year (YoY), perubahan tajam dari kenaikan 5,7% YoY pada September 2022. Ini jauh di bawah ekspektasi analis untuk kenaikan 4,3% YoY.


Baca Juga: KTT G20: Peran Indonesia Menjadi Jembatan Pemulihan Ekonomi Global

Eksportir China bahkan tidak mampu memanfaatkan pelemahan lebih lanjut dalam mata uang yuan dan musim belanja akhir tahun yang penting, menggarisbawahi ketegangan yang meluas bagi konsumen dan bisnis di seluruh dunia.

"Pertumbuhan ekspor yang lemah kemungkinan mencerminkan permintaan eksternal yang buruk serta gangguan pasokan karena wabah Covid-19," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management. 

Sedangkan impor China turun 0,7% YoY per Oktober, padahal mengalami kenaikan 0,3% pada September. Ini juga berada di bawah perkiraan tumbuh 0,1%. Kinerja ini menjadi terlemah sejak Agustus 2020.

Impor kedelai China turun dan impor batu bara tergelincir. Lantaran langkah-langkah pandemi yang ketat dan kemerosotan properti mengganggu produksi domestik.

Secara keseluruhan, neraca perdagangan China menghasilkan surplus sebesar US$8 5,15 miliar per Oktober 2022. Lebih besar dari pencapaian September 2022 sebesar US$84,74 miliar. Namun tetap meleset dari perkiraan sebesar US$ 95,95 miliar.

Baca Juga: Selandia Baru Bersitegang dengan Kanada Terkait Sengketa Perdagangan Susu

Sedangkan AS mencatatkan perlambatan pertumbuhan angka tenaga kerja di Oktober 2022. Sedangkan tingkat pengguran tetap naik 3,7%.  Hal ini menunjukkan beberapa pelonggaran dalam kondisi pasar tenaga kerja, yang memungkinkan Federal Reserve tidak agresif lagi mengerek suku bunga mulai Desember. Laporan pengangguran Departemen Tenaga Kerja yang diawasi ketat pada hari Jumat juga menunjukkan upah tahunan meningkat dengan laju paling lambat dalam satu tahun pada bulan lalu.  

Pekerjaan rumah tangga menurun dan rasio pekerjaan-terhadap-penduduk untuk pekerja usia prima turun paling besar dalam 2-1/2 tahun. Pertumbuhan lapangan kerja rata-rata per bulan mencapai 407.000 pada tahun ini dibandingkan dengan 562.000 pada tahun 2021.  

Beralih ke benua biru, penurunan aktivitas manufaktur Zona Euro lebih tajam dari perkiraan semula pada bulan lalu. Data menunjukkan bahwa sektor itu berada dalam resesi karena krisis biaya hidup menurunkan banyak permintaan.

Menurut sebuah survei pada Hari Rabu (2/11), Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur akhir S&P Global turun ke level terendah 29 bulan dengan posisi 46,4 pada Oktober. PMI itu di bawah level 48,4 pada Bulan September dan kurang dari pembacaan awal 46,6.

 PMI Bulan Oktober juga lebih jauh di bawah batas 50 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.Indeks yang mengukur output, turun dari 46,3 menjadi 43,8 dan menandai bulan kelima dari pembacaan di bawah 50. 

Indeks itu dimasukkan ke dalam PMI komposit yang akan dirilis pada Hari Jumat dan dilihat sebagai panduan yang baik untuk kesehatan ekonomi.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III-2022 Diprediksi Lampaui Kuartal II 2022

Sektor penghasil barang Zona Euro bergerak ke penurunan yang lebih dalam pada awal kuartal keempat. "Survei PMI sekarang dengan jelas menandakan bahwa ekonomi manufaktur berada dalam resesi," kata Joe Hayes, Ekonom Senior S&P Global Market Intelligence.

Hayes menambahkan jika pada Bulan Oktober, pesanan baru turun pada tingkat yang jarang dilihat selama 25 tahun pengumpulan data. Sebelumnya, tingkat itu hanya terlihat selama bulan-bulan terburuk pandemi serta di puncak krisis keuangan global antara 2008 dan 2009 penurunan semakin kuat.

Indeks pesanan baru merosot ke 37,9 bulan lalu dibandingkan dengan 41,3 pada Bulan September. Meskipun, tekanan inflasi masih sedikit berkurang.Data resmi pada Hari Senin menunjukkan jika inflasi di Zona Euro melonjak lebih dari yang diharapkan pada bulan lalu. 

Data tersebut memicu ekspektasi Bank Sentral Eropa (ECB) akan melanjutkan dengan kenaikan suku bunga yang besar meskipun pertumbuhan ekonomi melambat.

Editor: Handoyo .