Jelang akhir tahun, industri Multifinance makin gencar kejar target



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir tahun 2021 tinggal hitungan minggu, industri multifinance masih terus mengejar target pembiayaan barunya. Beberapa perusahaan mulai melakukan berbagai cara agar target terpenuhi.

Misalnya, BCA Finance yang hingga Oktober kemarin pembiayaan barunya telah mencapai Rp 19,28 triliun. Sementara, anak usaha BCA ini menargetkan tahun ini pembiayaan barunya ditargetkan mencapai Rp 23 triliun.

Adapun, salah satu cara yang dilakukan perusahaan ialah dengan menurunkan syarat down payment (DP) bagi tiap nasabah yang ingin mengajukan kredit barunya. Seperti contoh, untuk pembiayaan mobil baru yang awalnya DP minimal 20% menjadi 10%, sedangkan untuk mobil bekas dari DP minimal 30% menjadi 20%.


Sebagai informasi, pembiayaan mobil baru di BCA Finance masih mendominasi dari portofolio pembiayaan dengan porsi 70%. Sisanya 30% merupakan kontribusi dari  portofolio mobil bekas.

Baca Juga: Fee Based Income perbankan tumbuh tinggi, ini pendorongnya

Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim pun bilang bahwa BCA Finance juga mendapatkan berkah dari event tahunan GIIAS yang kembali diadakan setelah tahun lalu tidak dilaksanakan akibat pandemi. Menurutnya, ada sekitar 10% dari pembiayaan baru di bulan November merupakan dampak dari event tersebut.

“Selama GIIAS, kami naik sekitar 10%. Meskipun agak susah dipisahkan karena biasanya selama GIIAS, jualan di Jabotabek dicatat sebagai bagian jualan GIIAS,” ujar Roni kepada KONTAN, Kamis (25/11).

Direktur Mandiri Tunas Finance (MTF) William Francis pun bilang strategi perusahaan untuk mengejar target akhir tahun dengan memanfaatkan event GIIAS pun membuahkan hasil. Dari event tersebut, MTF mendapatkan 2.009 pemesanan baru yang nilainya kurang lebih mencapai Rp 650 miliar.

“Kami masih optimis, target Rp 20 T di akhir tahun akan tercapai,” ujar William.

Hingga Oktober kemarin, total pembiayaan baru anak usaha Bank Mandiri ini sudah mencapai Rp 16,3 triliun. Untuk aset kelolaan pembiayaannya telah mencapai Rp 39,3 triliun dan masih kontraksi 6,7% yoy.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno pun mengatakan bahwa industri multifinance masih akan terus menunjukkan pertumbuhan di tahun 2022 seiring dengan mereda-nya pandemi Covid-19.

Hanya saja, untuk segmen otomotif, ia melihat banyak tantangan terutama terkait pajak karbon yang menyebabkan beberapa mobil yang saat ini banyak diminati masyarakat bisa mengalami kenaikan harga.

“Tapi kami yakin, orang Indonesia saat harga naik itu shock, tapi 3 bulan setelahnya pasti pada beli mobil juga,” ujar Suwandi.

Baca Juga: Perlahan, multifinance mulai melirik pembiayaan kendaraan listrik

Selain itu, ia melihat segmen alat berat juga akan terus tumbuh di tahun depan. Hal ini didorong dengan harga-harga komoditas yang terus meningkat karena alat berat digunakan untuk industri komoditas.

“Mudah-mudahan di tahun 2022 kami tumbuh positif dan kontraksi sudah tidak terjadi,” ujar Suwandi.

Optimisme terhadap industri pembiayaan juga disampaikan oleh Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo yang menargetkan pembiayaan baru di tahun 2022 bisa mencapai Rp 6 triliun.

“50% akan didominasi pembiayaan mobil baru, 40% pembiayaan mobil bekas, sisanya dana tunai & alat berat,” ujar Harjanto.

Terlebih, tahun depan Clipan Finance akan melanjutkan digitalisasinya dengan membuat aplikasi untuk produk dana tunai yang dimiliki. Belanja modal yang disiapkan pun mencapai Rp 20 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari