Jelang Debat, Simak Untung Rugi Usulan Pajak Korporasi Trump dan Harris



KONTAN.CO.ID - NEWYORK. Kebijakan pajak menjadi salah satu fokus utama investor menjelang pemilihan umum pada 5 November nanti. Trump dan Harris mengajukan usulan yang bertolak belakang dalam kampanyenya belakangan.

"Kebijakan pajak merupakan perhatian yang sangat besar bagi investor. Kebijakan pajak merupakan sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam pemilihan umum ini," kata kepala investasi Yung-Yu Ma dari BMO U.S. Wealth Management seperti dilansir dari Reuters, Selasa (10/9).

Menurutnya saat ini perhatian Wall Street tertuju pada laba perusahaan dan pajak keuntungan modal. Trump memangkas tarif pajak perusahaan dari 35% menjadi 21% selama masa jabatannya dan minggu lalu mengatakan akan mendukung pemotongan tarif pajak perusahaan menjadi 15% untuk perusahaan yang memproduksi produk mereka di AS.


Sementara itu, Harris justru menguraikan rencana untuk menaikkan tarif pajak perusahaan dari 21% menjadi 28% demi memastikan perusahaan besar membayar pajak yang adil dibandingkan guru, perawat dan pertugas pemadam kebakaran.

Baca Juga: Trump Klaim Mark Zuckerberg Akan Memilihnya pada Pemilu 2024, Begini Tanggapan Meta

Dua kebijakan ini sangat berlawanan. Goldman Sacsh mengatakan rencana tarif pajak Harris sebesar 28%, berpotensi membuat laba perusahaan S&P 500 akan terpukul sebesar 5%, sementara pemotongan yang diusulkan Trump akan meningkatkan laba sekitar 4%.

Menanggapi usulan lawan, tim kampanye Trump mengatakan rencana pajak Harris mencakup kenaikan pajak yang besar dan akan menambah utang nasional. Sedangkan Brian Nelson, penasihat kebijakan senior tim kampanye Harris, mengatakan usulan Trump akan memberikan keuntungan pajak besar-besaran kepada miliarder dan perusahaan besar.

Rencana kenaikan tarif pajak yang akan diterapkan Harris menimbulkan kekhawatiran terhadap keuntungan bersih perusahaan. Morgan Stanley mengatakan meski korelasi antara pajak keuntungan modal dan kinerja pasar saham secara statistik tidak signifikan, tetapi perdebatan pajak dapat mendorong volatilitas di pasar ekuitas dalam waktu dekat.

Baca Juga: Mengintip Persiapan Debat Perdana Trump dan Harris, Apa Strateginya?

Sementara kepemimpinan Trump dipandang pasar sebagai pemicu inflasi dan peningkatan defisit anggaran federal AS, yang akan memacu lebih banyak penerbitan utang Treasury.

"Semua model tampaknya percaya bahwa Trump akan meningkatkan defisit lebih dari Harris. Bisnis dan korporasi lebih suka pajak yang lebih rendah daripada yang lebih tinggi. Namun, ada pengakuan umum bahwa cepat atau lambat, kita akan mengalami krisis utang," papar Bruce Mehlman, mitra di firma hubungan pemerintah bipartisan Mehlman Consulting.

 

Editor: Putri Werdiningsih