Jelang hasil rapat FOMC keluar, rupiah berpotensi melemah secara teknikal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Fed diproyeksikan rehat dalam menormalisasi kenaikan suku bunga, menguntungkan rupiah untuk menguat, Selasa (18/12).

Mengutip Bloomberg di pasar spot, Selasa (18/12), rupiah tercatat menguat 0,54% ke Rp 14.501 per dollar AS. Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah menguat 0,64% ke Rp 14.523 per dollar AS.

Meski suku bunga AS diproyeksikan naik pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC), Rabu (19/12), Analis Global Kapital Investama Nizar Hilmy mengatakan pelaku pasar lebih menyoroti isi pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell yang dovish karena potensi perlambatan ekonomi global. Hal ini membuat dollar AS melemah dan menguntungkan bagi rupiah.


Selain karena faktor eksternal, Nizar melihat rupiah hari ini menguat karena tidak lepas mendapat dukungan dari Bank Indonesia serta kebijakan pemerintah yang prudent.

"Pelaksanaan kebijakan pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) berpengaruh dan efektif dalam menyokong penguatan rupiah," kata Nizar, Selasa (18/12).

Selain itu, penguatan rupiah juga didukung oleh dana asing yang kembali masuk ke pasar saham maupun obligasi. Menurut Nizar, kekhawatiran pelaku pasar menjelang Pemilu 2019 tidak seburuk seperti apa yang sebelumnya dikhawatirkan dan membuat investor asing mulai kembali masuk ke pasar keuangan domestik. Pertumbuhan ekonomi domestik pun berhasil stabil begitupun dengan inflasi.

Jika besok, pernyataan The Fed cenderung dovish maka rupiah bisa menguat. Namun, jelang hasil rapat FOMC keluar, Nizar memproyeksikan rupiah berpotensi melemah tipis secara teknikal karena sejak akhir Oktober rupiah sudah menguat kencang.

Untuk perdagangan rupiah di Rabu (19/2), Nizar memproyeksikan rupiah berada di rentang Rp 14.450 per dollar AS hingga Rp 14.650 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi