Dua pekan lagi masyarakat keturunan Tionghoa akan merayakan tahun baru Imlek. Saat seperti ini, bisnis barongsai, dari klub atraksinya sampai pembuatan kostum, kebanjiran hoki. Tawaran tampil datang dari mal dan hotel.Warga keturunan Tionghoa akan merayakan Imlek 2562 dua pekan lagi. Perayaan Imlek yang jatuh pada 3 Februari 2011 ini membawa hoki bagi para produsen kostum barongsai dan klub barongsai. Maklum saja, kemeriahan perayaan menyambut Imlek seperti saat ini, membuat beberapa mal dan hotel berhias dengan pernak-pernik Imlek. Pada saat Imlek, atraksi barongsai juga menjadi atraksi wajib untuk menarik jumlah konsumen atau pembeli. Hal inilah yang membuat klub barongsai laris manis menerima pesanan manggung.Salah satunya Klub Barongsai Hok Tek Tjeng Sin yang bermarkas di sebuah kelenteng yang berada di Jl. Tapekong Kebayoran Lama. Menurut Po Hak Beng, pemimpin Klub Barongsai Hok Tek Tjeng Sing, pertunjukan barongsai menjadi wajib dilakukan oleh kaum Tionghoa lantaran barongsai bisa mengusir pengaruh jahat. "Ini demi tercipta kehidupan lebih baik di tahun baru, Jadi wajib ada saat Imlek," ujar Po Hak Beng yang juga sekretaris kelenteng ini.Satu bulan menjelang Imlek, klubnya kebanjiran pesanan tampil. Saat seperti ini, Po Hak Beng membanderol tarif tampil klub barongsainya sebesar Rp 5 juta sampai Rp 15 juta sekali manggung, tergantung siapa yang mengundang. Po Hak Beng bilang, jika undangan datang dari hotel atau mal, maka tarif yang diminta paling tinggi sebanyak Rp 15 juta. Sedang untuk perorangan atau perumahan, tarifnya lebih rendah. Menurutnya, selain mal, hotel dan perumahan, banyak juga pihak perorangan yang menyewa Klub Barongsai Hok Tek Tjeng Sin untuk tampil di depan anggota keluarga. Menjelang Imlek dalam seminggu Hok Tek Tjeng Sin bisa menerima undangan tampil 2 hingga 3 kali.Tak heran jika omzet yang bisa diraih melonjak hingga Rp 40 juta. Bandingkan dengan omzet hari-hari biasa yang hanya sebesar Rp 4 juta per bulan. Omzet yang kecil itu didapat sudah dengan menurunkan tarif tampil menjadi Rp 1 juta untuk atraksi selama 1 jam. Saat sepi, mereka paling hanya tampil seminggu sekali, atau bahkan dalam sebulan tidak ada sama sekali yang mengundang.Meski omzet minim, namun mereka tak terlalu pusing lantaran ongkos operasional klub yang beranggotakan 8 orang pemain inti ini ditanggung sepenuhnya oleh kelenteng. Dana kelenteng berasal dari sumbangan umat. "Biaya operasional terbesar untuk pembelian dan perawatan," katanya.Soe Sen, pengurus kelenteng Amurva Bhumi di Jakarta juga merasakan hoki yang sama. Kelenteng yang mempunyai 3 kelompok barongsai ini mampu mengantongi omzet hingga Rp 100 juta per bulan saat menjelang Imlek. Saat ramai seperti sekarang, tarif tampil Rp 5 juta-Rp 10 juta. Sementara pada hari biasa tarifnya hanya Rp 2 juta. "Saat hari biasa, jarang bisa dapat Rp 5 juta," tuturnya.Tak hanya klub barongsai yang ramai pesanan, produsen kostum barongsai juga memperoleh hoki jelang Imlek. Lili Hambali, perajin kostum barongsai asal Bogorm bilang, omzetnya meningkat 50% menjadi Rp 20 juta. Pria yang sudah 9 tahun menekuni usaha ini menjual dua kostum Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta. Sementara untuk liong atau kepala naga yang panjangnya 20 meter, harganya Rp 8 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Jelang Imlek, bisnis barongsai kebanjiran hoki
Dua pekan lagi masyarakat keturunan Tionghoa akan merayakan tahun baru Imlek. Saat seperti ini, bisnis barongsai, dari klub atraksinya sampai pembuatan kostum, kebanjiran hoki. Tawaran tampil datang dari mal dan hotel.Warga keturunan Tionghoa akan merayakan Imlek 2562 dua pekan lagi. Perayaan Imlek yang jatuh pada 3 Februari 2011 ini membawa hoki bagi para produsen kostum barongsai dan klub barongsai. Maklum saja, kemeriahan perayaan menyambut Imlek seperti saat ini, membuat beberapa mal dan hotel berhias dengan pernak-pernik Imlek. Pada saat Imlek, atraksi barongsai juga menjadi atraksi wajib untuk menarik jumlah konsumen atau pembeli. Hal inilah yang membuat klub barongsai laris manis menerima pesanan manggung.Salah satunya Klub Barongsai Hok Tek Tjeng Sin yang bermarkas di sebuah kelenteng yang berada di Jl. Tapekong Kebayoran Lama. Menurut Po Hak Beng, pemimpin Klub Barongsai Hok Tek Tjeng Sing, pertunjukan barongsai menjadi wajib dilakukan oleh kaum Tionghoa lantaran barongsai bisa mengusir pengaruh jahat. "Ini demi tercipta kehidupan lebih baik di tahun baru, Jadi wajib ada saat Imlek," ujar Po Hak Beng yang juga sekretaris kelenteng ini.Satu bulan menjelang Imlek, klubnya kebanjiran pesanan tampil. Saat seperti ini, Po Hak Beng membanderol tarif tampil klub barongsainya sebesar Rp 5 juta sampai Rp 15 juta sekali manggung, tergantung siapa yang mengundang. Po Hak Beng bilang, jika undangan datang dari hotel atau mal, maka tarif yang diminta paling tinggi sebanyak Rp 15 juta. Sedang untuk perorangan atau perumahan, tarifnya lebih rendah. Menurutnya, selain mal, hotel dan perumahan, banyak juga pihak perorangan yang menyewa Klub Barongsai Hok Tek Tjeng Sin untuk tampil di depan anggota keluarga. Menjelang Imlek dalam seminggu Hok Tek Tjeng Sin bisa menerima undangan tampil 2 hingga 3 kali.Tak heran jika omzet yang bisa diraih melonjak hingga Rp 40 juta. Bandingkan dengan omzet hari-hari biasa yang hanya sebesar Rp 4 juta per bulan. Omzet yang kecil itu didapat sudah dengan menurunkan tarif tampil menjadi Rp 1 juta untuk atraksi selama 1 jam. Saat sepi, mereka paling hanya tampil seminggu sekali, atau bahkan dalam sebulan tidak ada sama sekali yang mengundang.Meski omzet minim, namun mereka tak terlalu pusing lantaran ongkos operasional klub yang beranggotakan 8 orang pemain inti ini ditanggung sepenuhnya oleh kelenteng. Dana kelenteng berasal dari sumbangan umat. "Biaya operasional terbesar untuk pembelian dan perawatan," katanya.Soe Sen, pengurus kelenteng Amurva Bhumi di Jakarta juga merasakan hoki yang sama. Kelenteng yang mempunyai 3 kelompok barongsai ini mampu mengantongi omzet hingga Rp 100 juta per bulan saat menjelang Imlek. Saat ramai seperti sekarang, tarif tampil Rp 5 juta-Rp 10 juta. Sementara pada hari biasa tarifnya hanya Rp 2 juta. "Saat hari biasa, jarang bisa dapat Rp 5 juta," tuturnya.Tak hanya klub barongsai yang ramai pesanan, produsen kostum barongsai juga memperoleh hoki jelang Imlek. Lili Hambali, perajin kostum barongsai asal Bogorm bilang, omzetnya meningkat 50% menjadi Rp 20 juta. Pria yang sudah 9 tahun menekuni usaha ini menjual dua kostum Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta. Sementara untuk liong atau kepala naga yang panjangnya 20 meter, harganya Rp 8 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News