Jelang Imlek, pedagang pohon jeruk dan buah naga banjir pesanan



Tahun Baru China alias Imlek selalu dirayakan dengan sebuah tradisi sesuatu yang melimpah. Masyarakat Tionghoa meyakini, jika mereka membawa persembahan dalam jumlah banyak, maka akan mendatangkan rezeki berlimpah pula. Tak heran, penjual kebutuhan Imlek pun ikut terciprat rezeki menjelang hari raya yang jatuh tanggal 3 Februari 2011 ini. Setiap sajian yang wajib dihidangkan saat Imlek mempunyai perlambang masing-masing. Ambil contoh, mi yang melambangkan umur panjang. Masyarakat Tionghoa pun meyakini, makanan dan buah yang manis akan mendatangkan kemakmuran dalam hidup mereka. Tak heran, buah jeruk kuning yang melambangkan kemakmuran menjadi buruan masyarakat yang merayakan Imlek. Begitu pula dengan buah naga yang banyak membawa berkah. Imlek pun menjadi momentum bagi para pedagang pohon jeruk dan buah naga untuk mengeruk pendapatan. Maklum, permintaan kedua jenis buah ini melonjak seminggu sebelum Imlek. Bahkan, para pedagang menilai, penjualan pohon jeruk dan buah naga tahun ini cukup bagus. Meski cuaca tak menentu, mereka tak kesulitan mendapatkan pasokan. Untuk memenuhi tingginya permintaan, para pedagang pun mendatangkan buah-buahan dari China. Robi Darwisyanto, pedagang pohon jeruk imlek atawa kim kit, sampai kewalahan memenuhi permintaan. "Mulai pertengahan Januari, pesanan sudah datang, mereka yang memesan mungkin takut kehabisan dan harganya naik menjelang Imlek," tuturnya. Robi memang tidak membudidayakan pohon jeruk imlek, tapi mendatangkannya dari China. "Di Indonesia tidak banyak petani dan penjual pohon jeruk mandarin, jadi saya memesannya langsung dari China," ungkap dia. Sayangnya, Robi enggan menyebut berapa banyak pohon yang ia pesan sejak akhir 2010 itu. Dia mengatakan, meski dipasok langsung dari Negeri Tembok Raksasa, sebelum dijual, pohon-pohon jeruk tersebut biasanya dirawat terlebih dulu. Jadi, kalau Robi mendapati ada yang cacat, dia pun tak akan menjualnya. Sebab, "Saya ingin kualitas yang prima dan sesuai dengan harga jual," ujarnya. Pohon jeruk imlek kualitas prima yang dimaksud Robi adalah pohon dengan buah jeruk berwarna kuning tua atau oranye. Kemudian, daun yang dihasilkan dari pohon jeruk kim kit berwarna hijau dan tumbuh lebat. Selain warna buah dan daun yang lebat, ketinggian pohon jeruk imlek ikut menentukan harga jualnya. Makin tinggi pohon jeruk, makin mahal harganya. "Biasanya, orang memilih pohon jeruk imlek yang berukuran sedang, yakni M atau L, karena harganya masih bisa dijangkau kantong," ujarnya. Pohon berukuran M dengan tinggi sekitar satu meter dijual seharga Rp 650.000 per pohon. Sedangkan, pohon berukuran L yang tingginya mencapai 1,2 meter dilego dengan harga Rp 800.000 per pohon. Di luar kedua ukuran itu, banyak pula konsumen yang memesan pohon berukuran lebih dari dua meter. "Pohon jeruk imlek sebesar itu harganya mencapai Rp 7,5 juta," tutur Robi yang baru setahun memulai usaha penjualan jeruk Imlek. Namun, pohon jeruk imlek berukuran S juga banyak diburu konsumen. Pasalnya, jeruk mandarin berukuran paling kecil ini lebih sering menjadi pajangan di atas meja. Ia membanderol pohon jeruk dengan tinggi 25 cm ini Rp 450.000 per pohon. Meski buahnya banyak dengan warna yang matang, menurut Robi, konsumen seringkali tak menikmati buah pohon jeruk imlek. Maklum, "Rasanya terlalu masam," katanyanya.Lonjakan permintaan pohon buah jeruk pada perayaan Imlek tahun ini mencapai 50% dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga akhir Januari, Robi telah menjual sekitar 200 pohon. Selain pohon jeruk, buah naga juga identik dengan perayaan Imlek. Maklum, buah ini banyak dipakai sebagai sesaji oleh para penganut Khong Hu Cu. Buah naga yang berasal dari Mesir memang lebih terkenal di China. Pasalnya, orang China menganggap buah tersebut identik dengan kepala ular naga.Asal tahu saja, masyarakat China menganggap naga sebagai mahluk mistis dan menjadi hewan istimewa. Kepercayaan masyarakat Tionghoa, buah naga membawa banyak rejeki lantaran banyak khasiat yang terkandung dari buah ini. Selain mampu menurunkan kolesterol dan penyeimbang gula darah, buah naga juga punya kandungan vitamin C, beta karoten, kalsium, karbohidrat, dan serat yang tinggi untuk mengikat zat karsinogen yang memperlancar proses pencernaan. Menurut Kusumaningrat, pemilik PT Wana Natural Farm di Kediri, Jawa Timur, permintaan buah naga sebulan menjelang imlek bisa mencapai 4 ton per hari. Kusumaningrat memasok buah naga sebanyak itu hanya untuk wilayah Jakarta dan Tangerang. Total pasokan untuk seluruh Indonesia bisa mencapai 100 ton dalam sebulan. Alhasil, dengan harga Rp 50.000 per kilo, Wana Natural Farm bisa meraup omzet sekitar Rp 5 miliar sebulan. Sementara, ketika masa Imlek sudah lewat, Kusumaningrat hanya bisa menjual sekitar 4 ton per bulannya. Para konsumennya juga tidak hanya warga keturunan Tionghoa, melainkan hampir dari seluruh etnis. Meski permintaan menjelang Imlek terbilang tinggi, Kusumaningrat mengatakan, ia masih bisa memenuhi pesanan yang membanjir. Dia tidak mendatangkan buah naga dari luar negeri, tapi mengambil dari kebun sendiri. Jauh hari sebelum Imlek tiba, Kusumaningrat memang mempersiapkan kebunnya dengan lebih banyak menanam pohon buah naga.Meski menjadi target buruan menjelang Imlek, Kusumaningrat tak lantas menurunkan kualitas hasil buah naga di kebunnya. Ia tetap menanam buah naga seperti biasa, yaitu dibudidayakan dengan cara stek atau penyemaian biji."Asalkan media tanam tidak becek, kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38 hingga 40 derajat Celcius, buah naga akan tumbuh subur dan mulai berbuah pada umur 11- 17 bulan," kata Kusumaningrat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi