Jelang keputusan BI rate, simak prediksi sejumlah ekonomi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah masih terus melemah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Rabu (16/5), nilai tukar rupiah di pasar spot melemah ke level Rp 14.097 per dollar AS. Pelaku pasar tengah menanti kebijakan suku bunga acuanĀ  Bank Indonesia (BI rate) yang akan dirilis pada Kamis (17/5).

Sejumlah ekonom memprediksi keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Analis Pasar Uang Reny Eka Putri optimistis, BI akan mengerek suku bunga di akhir rapat besok.

"Suku bunga bisa naik hingga 50 bps pada tahun ini, tapi kemungkinan besar, besok masih akan naik 25 bsp dulu," ujar Reny, Rabu (16/5).


Menurutnya, tujuan BI menaikkan suku bunga acuanĀ  lebih untuk menjaga nilai fundamental rupiah. Dana asing diharapkan dapat kembali masuk untuk menahan pelemahan nilai tukar.

Senada, Ekonom BCA David Sumual juga memprediksi, BI akan mengerek suku bunga acuan dengan tujuan menenangkan pasar. "Terutama, agar investor tidak melepas lagi aset rupiah dan menjaga inflasi agar tidak bergerak liar," katanya, Rabu (16/5).

Pasalnya, ia menilai, pelemahan kurs belakangan ini dikhawatirkan memicu peningkatan inflasi dalam enam bulan ke depan.

Kendati begitu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede justru memperkirakan, BI belum akan menaikkan suku bunganya pada bulan ini. Ia tidak memungkiri adanya ruang terbuka untuk kenaikan suku bunga, namun di sisi lain belum ada urgensi besar untuk merealisasikan wacana tersebut saat ini.

Josua menilai, ada kemungkinan BI menahan suku bunga acuan lantaran masih terkendalinya tingkat inflasi hingga bulan lalu. "Lagipula, bukan hanya rupiah yang mengalami pelemahan, melainkan juga mata uang emerging market lain dan bahkan beberapa mata uang asing lainnya," imbuhnya.

Menurut Josua, lebih bijaksana bagi BI memutuskan kenaikan suku bunga setelah pertemuan FOMC pada Juni mendatang. Hal ini agar respons BI bisa lebih tepat menanti kepastian arah kebijakan moneter AS yang sangat berpengaruh pada nilai tukar rupiah.

Josua juga mengingatkan, dalam jangka pendek kenaikan suku bunga memang dapat meredam volatilitas di pasar. "Tapi, dalam jangka menengah, bisa berdampak negatif untuk pasar keuangan," ucapnya. Risiko tersebut, antara lain meningkatkan cost of borrowing korporasi yang nantinya berdampak pada kinerja keseluruhan, menurunkan harga obligasi, dan menaikkan kembali suku bunga kredit bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini