JAKARTA. Rupiah loyo jelang keputusan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi, hari ini. Data pasar spot menunjukkan, rupiah melemah 0,1% ke posisi Rp 9.193 per dollar AS pada pukul 09.47 WIB. Jika dihitung, dalam sepekan ini, mata uang Garuda ini juga sudah terdepresiasi sebesar 0,7%. Analis Bank BNI, Klara Pramesti menyebut, hari ini, rupiah konslidasi dengan kecenderungan melemah, karena masih menunggu kepastian tarif baru BBM. Dia memprediksi, rupiah akan bergulir pada range support 9.200 dan resistance di 9.165. Lebih lanjut, dia menduga, pelemahan tersebut masih akan berlanjut hingga sepekan mendatang. "Secara teknikal, potensi rupiah terdepresiasi masih ada. Hal itu terindikasi dari downtrend stochastic yang cenderung slow menandakan pelemahan. Selain itu posisi candle stick rupiah juga berada di area negatif," urainya, Jumat 930/3).Sedangkan, untuk sentimen fundamental di pekan depan sangat minim yang bisa memberikan dukungan bagi rupiah untuk menguat terhadap dollar AS. Tidak hanya dari global, sentimen domestik pun sepertinya akan membawa dampak negatif kepada pergerakan rupiah."Seperti pengumuman inflasi Maret pada pekan depan yang diprediksi sudah tinggi, sebelum harga BBM naik, yaitu sebesar 4,02% (y o y) dari 3,56% di Februari kemarin (y o y)," ujar Klara. Sepekan mendatang, dia memprediksi, rupiah akan melanjutkan pelemahan di kisaran 9.140 - 9.200.
Jelang keputusan harga BBM, rupiah masih loyo
JAKARTA. Rupiah loyo jelang keputusan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi, hari ini. Data pasar spot menunjukkan, rupiah melemah 0,1% ke posisi Rp 9.193 per dollar AS pada pukul 09.47 WIB. Jika dihitung, dalam sepekan ini, mata uang Garuda ini juga sudah terdepresiasi sebesar 0,7%. Analis Bank BNI, Klara Pramesti menyebut, hari ini, rupiah konslidasi dengan kecenderungan melemah, karena masih menunggu kepastian tarif baru BBM. Dia memprediksi, rupiah akan bergulir pada range support 9.200 dan resistance di 9.165. Lebih lanjut, dia menduga, pelemahan tersebut masih akan berlanjut hingga sepekan mendatang. "Secara teknikal, potensi rupiah terdepresiasi masih ada. Hal itu terindikasi dari downtrend stochastic yang cenderung slow menandakan pelemahan. Selain itu posisi candle stick rupiah juga berada di area negatif," urainya, Jumat 930/3).Sedangkan, untuk sentimen fundamental di pekan depan sangat minim yang bisa memberikan dukungan bagi rupiah untuk menguat terhadap dollar AS. Tidak hanya dari global, sentimen domestik pun sepertinya akan membawa dampak negatif kepada pergerakan rupiah."Seperti pengumuman inflasi Maret pada pekan depan yang diprediksi sudah tinggi, sebelum harga BBM naik, yaitu sebesar 4,02% (y o y) dari 3,56% di Februari kemarin (y o y)," ujar Klara. Sepekan mendatang, dia memprediksi, rupiah akan melanjutkan pelemahan di kisaran 9.140 - 9.200.