JAKARTA. Volume transaksi obligasi pemerintah dan obligasi korporasi turun signifikan pada akhir pekan lalu. Sepinya transaksi sudah berlangsung seiring mencuatnya isu ancaman downgrade negara Uni Eropa, yang akhirnya terealisasikan dengan terpangkasnya peringkat utang Perancis dan beberapa negara Euro lainnya, pada akhir pekan kemarin.Data Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE) di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, pada penutupan perdagangan Jumat (13/1), volume transaksi obligasi di pasar sekunder turun 53,4% menjadi Rp 3,7 triliun, dari hari sebelumnya sejumlah Rp 8 triliun. Pada periode yang sama, frekuensi perdagangan juga ikut turun 21,3% dari 442 kali menjadi 348 kali. Corporate Secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing menilai, ancaman penurunan rating negara-negara uni Eropa telah menyebabkan pasar obligasi kembali sepi pada penutupan perdagangan di akhir pekan. Namun, Tumpal optimistis, pekan ini, perdagangan obligasi akan kembali marak karena didukung sentimen yang datang dari China. "Investor di pasar Asia berspekulasi pemerintah China akan kembali mengeluarkan kebijakan baru untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi," urainya, Senin (16/1). Dengan pertumbuhan ekonomi China yang tinggi akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia.
Sebagai catatan, pada perdagangan Jumat (13/1) lalu, Seri FR0058 yang bertenor 20 tahun dan berkupon 7,0992% masih menjadi seri obligasi pemerintah teraktif diperdagangkan. Volume transaksinya mencapai Rp1 triliun dan ditransaksikan 92 kali transaksi. Sedangkan, Obligasi Subordinasi I Bank BII Tahun 2011 (BNII01SB) dengan YTM 9,5867% dan rating idAA menjadi seri obligasi korporasi teraktif. Surat utang ini ditransaksikan sebanyak 8 kali, dengan volume transaksi sebesar Rp 43 miliar.