KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sudah menjadi sebuah kebiasaan bahwa harga batubara berpeluang menguat menjelang akhir tahun. Penguatan ini sejalan dengan kenaikan permintaan batubara menjelang musim dingin. Tak pelak, penguatan harga batubara menjadi angin segar bagi saham emiten tambang dalam negeri. Lalu, bagaimana proyeksi harga batubara dan prospek saham tambang menjelang musim dingin tahun ini? Senior Equity Research Analyst Jasa Utama Capital Sekuritas Samuel Glenn Tanuwidjaja menilai, efek cuaca gelombang panas
(heat wave) di tahun ini diprediksi akan membuat musim dingin menjadi lebih hangat. Lebih lanjut, penggunaan gas alam lebih diandalkan daripada batubara. Penggunaan gas lebih diutamakan karena kadar emisinya jauh lebih rendah dibanding batubara.
Glenn menjabarkan, ada sejumlah faktor lain yang membuat harga batubara bergerak
bearish. Salah satunya yakni melimpahnya
supply dan menurunnya harga gas alam yang berperan sebagai pengganti (substitusi) batubara sebagai sumber daya pembangkit listrik di negara-negara maju. Diprediksi, permintaan gas alam akan lebih tinggi dibanding batubara di musim dingin ini.
Baca Juga: Anak Usaha United Tractors (UNTR) Pamapersada Dikabarkan Raih Pinjaman Rp 8,25 T Ada pula tren menguatnya nilai tukar dolar AS. Dari sisi importir, kenaikan harga batubara juga sangat bergantung dengan dolar AS karena harga patokan global batubara yang diperdagangkan memakai mata uang negeri Paman Sam ini. Namun, angin segar datang dari penggunaan batubara di India dan China yang diprediksi masih bertumbuh masing-masing sebanyak 4,9%
year-on-year (YoY) dan 3,5% YoY. Dengan demikian, Glenn masih cukup optimistis ICE Newcastle akan diperdagangkan di rentang US$ 153 sampai US$ 173 per ton di kuartal IV-2023 . Glenn memprediksi, pendapatan emiten batubara akan mengalami penurunan menuju kuartal IV-2023. Namun, volume penjualan diprediksi akan stabil dan menopang kinerja. Untuk itu, disarankan agar investor memilih emiten pertambangan yang memiliki kinerja keuangan yang lebih stabil serta mempunyai proyek-proyek yang prospektif. “Dan tidak bergantung sepenuhnya terhadap fenomena
window dressing, seperti pada anomali
window dressing yang stagnan di akhir 2022,” kata Glenn kepada Kontan.co.id, Kamis (5/10).
Baca Juga: Jerman Mengoperasikan Kembali Pembangkit Listrik Tenaga Batubara Glenn merekomendasikan saham PT United Tractors Tbk (
UNTR) bagi investor yang suka saham defensif. Pendapatan anak usaha PT Astra International Tbk (
ASII) ini naik 16% yoy pada semester I-2023. Meski pertumbuhannya masih di bawah rata-rata 5 tahunan yakni 19%, namun UNTR berhasil mencetak nilai pendapatan tertinggi dalam 10 tahun. Ditambah, net profit margin UNTR juga masih stabil di 16%. Divisi pertambangan, yang menyumbang 61% pendapatan UNTR, mendapat sentimen positif jangka pendek dari stabilnya harga penjualan batubara, kenaikan volume penjualan, dan kenaikan permintaan dari China serta India Glenn juga menyukai saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO). Emiten besutan Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini dipoles oleh prospek jangka panjangnya dengan resmi mendapat pembiayaan penuh untuk pembangunan proyek pabrik pengolahan alias smelter aluminium. Smelter ini diprediksi memberi sumber pendapatan lain bagi ADRO. “Atau dengan kata lain menjadi
competitive advantage terhadap emiten tambang lainnya,” kata Glenn. Analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan menyematkan rating netral terhadap sektor batubara, di tengah berlanjutnya normalisasi harga komoditas dan normalisasi laba yang terjadi hingga tahun 2024. Penguatan harga batubara Newcastle kemungkin akan disebabkan oleh lonjakan harga minyak mentah yang baru-baru ini terjadi.
Baca Juga: Pemerintah akan Lelang 10 Wilayah Izin Usaha Pertambangan Minerba, Berikut Daftarnya Meskipun demikian, Erindra melihat adanya peluang di saham batubara pada kuartal IV-2023 pasca rilis kinerja laba kuartal III-2023. Sebab, data perdagangan dan inventaris batubara terkini mengindikasikan adanya aktivitas permintaan musiman sedang berlangsung.
Pilihan utama alias
top picks di sektor batubara yakni ADRO, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG), dan PT Harum Energy Tbk (
HRUM) karena saham-saham ini memiliki tingkat beta saham yang tinggi. Namun, UNTR juga menarik seiring sifatnya yang cenderung defensif. Dia merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp 4.500, beli ITMG dengan target harga Rp 45.000, beli saham HRUM dengan target harga Rp 2.700, dan beli saham UNTR dengan target harga Rp 40.000 Sementara Glenn merekomendasikan
buy saham UNTR dengan target harga 2023 Rp 28.900. Target harga ini mencerminkan
earning per share (EPS) Rp 5.900 dengan
price to earnings (PE) ratio 4,9 kali. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati