Jelang musim flu, angka kematian akibat virus corona AS melampaui 170.000 jiwa



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Data Reuters menunjukkan, angka kematian akibat virus corona di Amerika Serikat sudah melampaui 170.000 jiwa pada hari Minggu (16/8/2020). 

Angka kematian bertambah 483 kasus pada hari Minggu, di mana Florida, Texas dan Louisiana, memimpin dalam bertambahnya angka kematian.

Amerika Serikat memiliki setidaknya 5,4 juta kasus yang dikonfirmasi secara total dari virus corona baru, tertinggi di dunia. Kemungkinan, angka ini masih jauh lebih rendah dari data riil karena negara tersebut masih belum meningkatkan pengujian ke tingkat yang direkomendasikan. 


Baca Juga: Survei: 1 dari 2 orang dokter Rusia belum yakin pada vaksin corona

Kasus terjadi di sebagian besar negara bagian kecuali Hawaii, South Dakota dan Illinois.

Mengutip Reuters, pejabat dan otoritas kesehatan masyarakat prihatin tentang kemungkinan kebangkitan kembali kasus-kasus di tengah dimulainya musim flu, yang kemungkinan akan memperburuk upaya untuk mengobati virus corona.

Baca Juga: Obat Covid-19 pertama dunia temuan Unair dan TNI AD tinggal tunggu izin edar BPOM

Direktur Pusat Pengendalian Penyakit Robert Redfield memperingatkan bahwa Amerika Serikat mungkin berada dalam "kejatuhan terburuk" jika masyarakat tidak mengikuti pedoman kesehatan, dalam wawancara dengan Web MD.

Beberapa bulan setelah pandemi, pemulihan ekonomi AS dari resesi yang dipicu oleh wabah masih sulit dilakukan, di mana beberapa titik panas memperlambat proses pembukaan kembali bisnis, sementara, yang lainnya masih menutup bisnis.

Baca Juga: Kasus corona di Korea Selatan melonjak, Presiden Moon: Negara dalam situasi gawat!

Institute for Health Metrics and Evaluation AS memprediksi peningkatan kasus Covid-19 dalam beberapa bulan mendatang, yang mengakibatkan sekitar 300.000 total kematian pada Desember, dan hampir 75% peningkatan rawat inap.

Di seluruh dunia, setidaknya ada 21,5 juta kasus virus corona dan lebih dari 765.000 kematian yang dikonfirmasi. Amerika Serikat tetap menjadi pusat global virus, dengan sekitar seperempat kasus dan kematian.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie