JAKARTA. Kepemilikan bank di surat berharga negara (SBN) terus membengkak. Namun jelang Natal dan Tahun Baru, perbankan diprediksi akan mengurangi kepemilikan SBN karena membutuhkan dana besar. Mengacu data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, per 16 November 2016, SBN yang diakumulasi oleh bank mencapai Rp 449,40 triliun, atau naik 6,98% bila dibandingkan akhir Oktober yang senilai Rp 420,09 triliun. Sedangkan secara year to date (ytd), angka tersebut sudah naik 27,76%. Sedangkan total SBN yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 1.770,95 triliun. Artinya, porsi kepemilikan perbankan di SBN mencapai 25,38% dari total SBN yang dapat diperdagangkan.
Jelang Natal, bank berpotensi kurangi kepemilikan
JAKARTA. Kepemilikan bank di surat berharga negara (SBN) terus membengkak. Namun jelang Natal dan Tahun Baru, perbankan diprediksi akan mengurangi kepemilikan SBN karena membutuhkan dana besar. Mengacu data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, per 16 November 2016, SBN yang diakumulasi oleh bank mencapai Rp 449,40 triliun, atau naik 6,98% bila dibandingkan akhir Oktober yang senilai Rp 420,09 triliun. Sedangkan secara year to date (ytd), angka tersebut sudah naik 27,76%. Sedangkan total SBN yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 1.770,95 triliun. Artinya, porsi kepemilikan perbankan di SBN mencapai 25,38% dari total SBN yang dapat diperdagangkan.