KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan akan serentak merilis laporan keuangan kuartal III 2024 pada akhir bulan ini. Sentimen menghinggapi beberapa emiten menjelang pengumuman kinerja. Salah satunya PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel. Berdasarkan data RTI, sepekan terakhir asing memborong saham MTEL Rp 15,56 miliar. Sebulan terakhir
net buy itu Rp 55,25 miliar. Lalu tiga bulan terakhir hampir menembus Rp 76 miliar. Berdasarkan konsensus
Bloomberg, terdapat 26 analis yang melakukan riset terhadap saham emiten menara telekomunikasi milik Grup Telkom tersebut. Dari kumpulan riset itu, mayoritas analis pada Jumat (18/10) lalu merekomendasikan saham MTEL dengan
buy, tepatnya 92%.
Rekomendasi
buy untuk MTEL datang dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia dengan target harga Rp 790 dan Sinarmas Sekuritas yang target harga naik dari Rp 845 menjadi 86 per/saham. Kenaikan target harga juga analis Trimegah Sekuritas menjadi Rp720 per saham. Dari sisi teknikal, Hadiyansyah, Mandiri Sekuritas melihat, aham MTEL menunjukkan
long white candle yakni pola
candlestick yang berbentuk lilin panjang berwarna putih dan menunjukkan sinyal
bullish. Ia merekomendasikan
buy dengan
support Rp 640 dan
resistance Rp 665. Analis Mirae Asset Sekuritas, Jonghoon Wo, dalam riset terakhirnya mengatakan, MTEL ke depan diperkirakan bisa mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Terutama didorong lini bisnis kabel optik.
Baca Juga: Menilik Rekomendasi Saham Emiten Menara yang Tumbuh Positif Sejak Awal Tahun MTEL memiliki ketergantungan pendapatan terendah pada XL Axiata dan Smartfren (FREN) di antara perusahaan sejenis, yakni di bawah 15%. Sehingga apapun yang berkaitan dengan rencana dua emiten telekomunikasi yang dikabarkan akan merger itu dampak terhadap kinerja akan minimal. Berkaca dari konsolidasi perusahaan operator telekomunikasi sebelumnya, entitas hasil merger akan meninjau ulang sewa menara dan fiber sejalan dengan penyatuan aset dan bisnis. Terutama yang berada satu lokasi atau cenderung berdekatan. Tapi, di sisi lain, entitas hasil merger akan tetap ekspansi ke sejumlah daerah yang penetrasi pasarnya masih terbilang rendah. Mereka bakal terus memperluas jangkauan untuk menggarap potensi pasar di wilayah lain yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pada konteks ini, MTEL berpotensi menangguk untung paling besar karena memiliki jaringan infrastruktur telekomunikasi paling merata di Indonesia. Dari 38,581 menara MTEL per akhir Juni 2024, sebanyak 15,974 menara atau setara 41% berlokasi di Jawa.
Sementara 22.607 menara atau setara 59%, berada di luar Pulau Jawa. Dengan penguasaan pasar yang dominan di luar Pulau Jawa itu, MTEL diyakini bakal menjadi partner strategis sejumlah operator telekomunikasi untuk ekspansi. Katalis positif lain datang dari penurunan suku bunga acuan yang diperkirakan bakal terjadi lagi pada semester kedua tahun ini. Perubahan suku bunga akan berdampak pada biaya pinjaman. Sementara itu, MTEL membukukan rasio utang paling rendah dibandingkan pemain lainnya, sehingga memiliki ruang untuk menarik pinjaman apabila ingin melakukan ekspansi. “Penurunan suku bunga juga diperkirakan akan terjadi pada semester kedua 2024. Ini akan berdampak positif terhadap penilaian sektor ini secara keseluruhan,” tulis Jonghoon, dikutip, Selasa (22/10). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ahmad Febrian