KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) sepertinya berupaya menjaga rupiah tetap berada di bawah level Rp 17.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah spot kembali bergerak menjauhi level Rp 17.000 jelang penutupan, Rabu (9/4).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 0,10% ke Rp 16.875 per dolar AS pada Rabu (8/4) pukul 14.11 WIB.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong melihat, BI berupaya mempertahankan rupiah di bawah Rp 17.000 karena juga mempelajari perkembangan dan pergerakan mata uang lain. Misalnya, yuan China (CNY) yang juga terus alami pelemahan mencapai level terendah sejak 2007.

BPJS Kesehatan vs Asuransi Swasta, Pilih yang Mana?

"Saya melihat BI saat ini hanya mau menstabilkan rupiah di bawah Rp 17.000, dan tidak menguatkan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/4).

Baca Juga: Jurus Bank BCA Jamin Keamanan Likuiditas Valas di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Sebelumnya, BI melancarkan aksi triple intervention di pasar NDF. Intervensi dilakukan secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York.

Upaya intervensi itu, kata Lukman, untuk menjaga stabilitas rupiah. Sebab, volatilitas dan pelemahan dalam akan memperburuk sentimen dan bisa menyebabkan 'rush' di pasar. "Pelemahan wajar tentunya tidak apa-apa, tetapi biasanya banyak aktivitas spekulan di belakang ketika ada krisis, jadi pelemahan bisa jauh dari fundamental," sebutnya.

Valuasi mata uang dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu yang panjang berdasarkan data-data ekonomi sperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, data perdagangan dan penjualan. Dari data-data yang ada, BI bisa memutuskan level rupiah yang ideal.

"Yang tidak ideal adalah perlemahan atau penguatan secara besar dalam waktu singkat, hal ini dianggap tidak fundamental," kata Lukman.

Baca Juga: Tak Hanya Terhadap Dolar AS, Rupiah Juga Loyo Menghadapi Mata Uang Lain

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News