Jelang Penyesuaian, Berikut Saham-Saham yang Berpotensi Keluar dan Masuk Indeks LQ45



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melakukan rebalancing atawa penyesuaian terhadap indeks LQ45 pada awal Februari 2022. 

Andhika Cipta Labora, Equity Analyst PT Kanaka Hita Solvera mengatakan, ada dua rebalancing major yang cukup mempengaruhi pergerakan pasar yakni IDX30 dan LQ45. Menurut dia, saham-saham yang masuk ke indeks LQ45 atau mengalami penambahan bobot diproyeksi akan mengalami kenaikan. Sebaliknya, saham-saham yang terdepak atau mengalami pengurangan bobot akan cenderung turun.

Lebih lanjut Andhika mengatakan, ada sejumlah saham yang berpotensi terdepak dari indeks LQ45, yaitu saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dan saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Andhika mengungkapkan, alasan saham ERAA berpotensi keluar lantaran selama 3 bulan terakhir pergerakannya melemah 14,17% dan investor asing melakukan jual bersih sebesar Rp 22,98 miliar.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Tertekan di Pekan Terakhir Januari

“Adanya penyebaran virus Covid-19 membuat industri ritel berpeluang untuk tertekan kembali. Perlu diperhatikan pula ERAA selama masa pandemi Covid-19 secara sentimen kurang menarik untuk investor karena rawan terkena imbas negatif dari kebijakan PPKM,” jelasnya, Senin (24/1).

Untuk BUKA, saham ini berpotensi meninggalkan indeks LQ45 karena selama tiga bulan terakhir pergerakannya melemah 47,26% yang menjadi pemberat bagi IHSG. Dalam periode tersebut, investor asing telah melakukan aksi jual bersih di BUKA sebanyak Rp 1.26 Triliun.

“Para pelaku pasar nampaknya harus wait and see di saham BUKA. Hal ini dikarenakan BUKA belum mampu mencatatkan net income secara tahunan sejak tahun 2018,” kata Andhika.

Baca Juga: IHSG Anjlok 1,06% Pada Senin (24/1), Asing Beli Bersih Saham MCAS, BBNI, TLKM

Sementara itu, Andhika mencermati, saham PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) dan Saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) berpotensi masuk ke indeks paling likuid di pasar modal ini.

Alasannya, jika dilihat dari 6 bulan terakhir transaksi saham ARTO mencapai Rp 57,1 triliun. ARTO menempati posisi tiga besar saham yang paling banyak ditransaksikan atau hanya kalah dari BBRI dan BBCA.

Tak hanya itu, saham ARTO juga bergerak positif dengan mengalami penguatan sebesar 26,47% dalam periode 6 bulan terakhir. “Pun untuk BBYB, dilihat dari 6 bulan terakhir transaksi BBYB mencapai Rp 30,5 triliun dan saham sudah bertumbuh sebesar 154,86%,” kata dia.

Baca Juga: Ledakan Kasus Omicron Mengintai, Begini Efeknya ke Bursa Saham

Andhika merekomendasikan sell on strength saham ARTO Rp 19.000 per saham-Rp19.400 per saham dan buy on weakness saham BBYB di Rp 1.750 per saham-Rp1.800 per saham dengan target harga di Rp 1.900 per saham-Rp 1.920 per saham.

Secara terpisah, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia Laksono Widodo mengatakan, ada syarat-syarat yang tidak pernah disebutkan secara spesifik. “Ada syarat-syarat yang tidak pernah kita sebutkan secara spesifik. Syarat-syarat baik dari segi likuiditas, fundamental, dan lainnya. Untuk BUKA masih masuk kondisi likuid,” terangnya pada media, Senin (24/1).

Baca Juga: Catat Rekomendasi Saham yang Berpotensi Cuan Tahun Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati