Jelang Puasa, Aprindo Minta Pemerintah Lakukan Relaksasi HET Komoditas Pangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang puasa atau bulan Ramadan tahun ini, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengusulkan pemerintah untuk merelaksasi harga eceran tertinggi (HET) dalam waktu tertentu atau sementara atas komoditi bahan pokok dan penting seperti beras, gula, minyak goreng dan beberapa komoditas pangan lainnya. 

Menurut Aprindo, komoditi pangan tersebut berpotensi mengalami kenaikan harga sata puasa hingga Lebaran. Aprindo juga mengatakan relaksasi ini adalah cara mencegah kekosongan atau kelangkaan atas bahan pokok dan penting tersebut pada gerai-gerai ritel modern di Indonesia, 

“Yang bilamana kelangkaan terjadi maka akan bermuara kepada panic buying konsumen, yang akan berlomba membeli bahkan menyimpan bahan pokok dan penting karena kuatir barang akan habis dan situasi harga yang tidak stabil," kata Roy N Mandey, Ketua Umum Aprindo dalam keterangan tertulis, Jumat (9/2).


Baca Juga: Harga Beras Masih Mahal, Daging Sapi, Bawang Merah, dan Gula Turun Hari Ini (9/2)

Relaksasi HET dan aturan mainnya ini, kata Roy, agar peritel dapat membeli bahan pokok  dan penting tersebut dari para produsen yang sudah menaikkan harga beli (tebus) bahan pokok dan penting di atas HET selama sepekan terakhir ini, yaitu sebesar 20%-35% dari harga sebelumnya.

“Kami tidak dapat mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan produsen bahan pokok dan penting tersebut, karena harga ditetapkan oleh produsen sebagai sektor hulu yang selanjutnya mengalir kepada kami di sektor hilir melalui jaringan distribusi, untuk selanjutnya dibeli atau dibelanjakan oleh masyarakat pada gerai ritel modern," ujar Roy.

Roy juga menyampaikan, saat ini, peritel mulai kesulitan mendapatkan suplai beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kg. Keterbatasan suplai beras tersebut lantaran saat ini belum masuk masa panen.

Masa panen diperkirakan akan terjadi pada pertengahan bulan Maret 2024.

Roy juga mengatakan situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern (toko swalayan) dan pasar rakyat atau pasar tradisional.

“Keadaan kenaikan harga ini, terjadi pada berbagai wilayah di Indonesia, ‘menular' atau merambat juga pada berbagai komoditi bahan pokok dan penting lainnya. Apalagi bulan Februari ini adalah momentum para peritel melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan pada gerai-gerai ritel modern untuk masyarakat yang akan menunaikan bulan suci Ramadhan pada pertengahan bulan Maret 2024 dan merayakan hari Idul Fitri, di bulan April 2024,” jelasnya.

Roy bilang, Aprindo saat ini dihadapkan dengan tidak adanya pilihan dan harus membeli beras dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal. 

“Bagaimana mungkin kami menjualnya dengan HET? Siapa yang akan menanggung kerugiannya? Siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut pada gerai ritel modern kami? Karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual rugi,” imbuh Roy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat