JAKARTA. Minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) kembali menguat setelah mengalami tekanan di awal pekan. Meski mendapat banyak sentimen positif, tapi permintaan masih lemah. Mengutip
Bloomberg, Selasa (24/5), pukul 15.40 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman Agustus di Malaysia Derivative Exchange menguat 0,76% ke RM 2.511 atau US$ 610 per metrik ton. Namun dalam sepekan terakhir, CPO masih tergerus 3,4%. Senior Research & Analyst Monex Investindo Futures Ariston Tjendra bilang, harga CPO sempat tertekan lantaran ringgit menguat. "Nah, saat ringgit melemah, harga CPO malah terangkat," papar dia.
Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menyebut, pelemahan CPO belakangan ini diwarnai aksi profit taking. Maklum, harga CPO sempat mencapai RM 2.780 per metrik ton. Analis menilai harga CPO saat ini sudah berada di level atas. Dus, penguatan signifikan sulit terjadi. Padahal ada katalis positif yang bisa mendorong CPO, yakni badai La Nina, yang bakal membuat produksi CPO terhambat. Bureau of Meteorology Australia menghitung potensi terjadinya La Nina tahun ini sebesar 50%. Sementara Climate Prediction Center AS memprediksi 75% potensi La Nina terjadi di Desember. Tapi, pembentukan awal bisa terjadi antara Juli hingga September. Ambil untung Meski begitu, ada potensi harga CPO kembali naik. Beberapa negara, seperti India dan kawasan Timur Tengah, cenderung meningkatkan impor CPO jelang bulan puasa. Murahnya harga CPO jelang Ramadan membuat beberapa negara mulai meningkatkan impornya. Walau kecil pengaruhnya, karena permintaan di China melambat, tapi Ariston memprediksi di akhir semester I-2016, harga CPO bisa bergerak antara RM 2.430–RM 2.580 per metrik ton. Direktur Godrej International Ltd Dorab Mistry memprediksi, harga CPO akan bergerak di kisaran RM 2.600–RM 2.800 per metrik ton hingga Juli lantaran adanya penurunan produksi di Malaysia. Sebelumnya, Mistry optimistis produksi CPO di negeri Siti Nurhaliza ini bisa mencapai 19 juta ton. Ternyata, produksi CPO Malaysia dikoreksi jadi sekitar 18,4 juta–18,8 juta ton. Karena itu bakal ada kekurangan global CPO sebanyak 2,5 juta ton, yakni 1,5 juta dari Malaysia dan 1 juta dari Indonesia.
Tapi Deddy memprediksi harga CPO hingga akhir semester satu masih bergerak di kisaran RM 2.400–RM 2.600 per metrik ton. Di akhir tahun, harga CPO bisa bergerak antara RM 2.780–RM 2.820 per metrik ton. Secara teknikal, harga CPO masih berada di bawah MA 100 dan MA200. Indikator MACD berada di area negatif. Sedang RSI cenderung melemah di level 38 dan stochastic oversold di level 11. Hari ini, Deddy meramal CPO berpeluang melemah ke kisaran RM 2.470–RM 2.580 per metrik ton. Sedang Ariston memprediksi sepekan ke depan CPO ada di RM 2.450–RM 2.535 per metrik ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie