Jelang puasa, pasar MTN masih ramai



JAKARTA. Menjelang tutup semester I-2015, penerbitan surat utang jangka menengah atau medium term note (MTN) masih ramai. Setidaknya Rp 550 miliar surat utang siap terbit Juni ini.

Direktur Pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Vonny Widjaja mengatakan, mayoritas rencana penerbitan dilakukan oleh perusahaan sektor lembaga pembiayaan.

"Mandat pemeringkatan MTN yang diterima Pefindo di 2015 sampai kini adalah Rp 2,6 triliun. Dari total tersebut, sekitar Rp 550 miliar belum listing," ujar Vonny, Jakarta.


Namun, hingga kini Pefindo belum menerima mandat pemeringkatan penerbitan MTN di semester II. Vonny mengakui, perusahaan penerbit memang mengejar penerbitan di semester I.

"Banyak perusahaan penerbit yang wait and see menanti bagaimana keadaan ekonomi Indonesia mendatang," ujar Vonny.

Salah satu perusahaan yang akan menerbitkan MTN adalah PT Karawang Jabar Industrial Estate. Perseroan bakal menerbitkan surat utang senilai Rp 23,08 miliar. Surat utang tersebut bertenor empat tahun dan akan jatuh tempo 29 April 2019.

Kupon ditetapkan sebesar 13,5% dengan frekuensi pembayaran bunga secara tiga bulanan. Untuk pembayaran bunga pertama akan dilakukan pada 29 juli 2015. Untuk penerbitan ini, perusahaan telah menunjuk PT CIMB Niaga Tbk sebagai agen pemantau dan agan penjamin.

Sepi jelang Lebaran

Meski banyak emiten yang mengejar penerbitan MTN pada paruh pertama tahun ini, Ariawan, analis Sucorinvest Central Gani memperkirakan, penerbitan MTN akan kembali ramai di akhir kuartal III hingga akhir tahun. Namun di awal kuartal III penerbitan MTN akan sepi seiring datangnya bulan puasa dan Lebaran.

"Biasanya di bulan Ramadan penerbitan ataupun permintaan MTN cenderung sepi," ujar Ariawan.

Selain itu, baik emiten ataupun investor masih menanti langkah bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang berencana menaikkan suku bunga. Pasalnya, saat ini ketidakpastian kebijakan The Fed masih tinggi.

Ia melihat penerbitan MTN di semester II-2015 akan diwarnai penurunan kupon dibandingkan penerbitan di awal tahun. Pemicunya, laju inflasi turun, tekanan pasokan SUN baru berkurang, pertumbuhan ekonomi meningkat serta berkurangnya ketidakpastian dari eksternal.

Kondisi tersebut akan berimbas terhadap turunnya yield surat utang negara (SUN). Tentu saja, efeknya juga akan terasa pada penurunan kupon obligasi korporasi.

Kendati begitu, Fixed Income Analyst Samuel Sekuritas Maximilianus Nico Demus menambahkan, banyaknya MTN di sektor keuangan diperkirakan akan  membuat investor jenuh untuk berinvestasi di MTN sektor ini.

"Sehingga MTN penerbit harus menawarkan kupon yang menarik agar dilirik investor," ujar Maximilianus.

Investor yang mulai masuk ke MTN juga perlu jeli sebelum berinvestasi. Menurut dia, investor dapat melihat dari sektor bisnis perusahaan penerbit, nama perusahaan, durasi MTN, rating dari lembaga pemeringkat serta kupon yang ditawarkan. Sektor yang menarik di antaranya adalah konstruksi, perbankan, barang konsumsi dan properti.

"Sektor properti masih mendapat perhatian penuh dari pemerintah, sehingga dapat memacu perusahaan terus berekspansi," tuturnya.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie