Jelang Ramadan 2023, Gapmmi Optimistis Penjualan Produk Mamin Naik Hingga 50%



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memproyeksikan permintaan produk makanan dan minuman (mamin) pada momentum Ramadan tahun ini akan meningkat ketimbang kondisi pada Ramadan tahun lalu. 

Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman mengungkapkan, penjualan produk Food & Beverage (F&B) menjelang momentum Ramadan bisa meningkat sekitar 30% dibandingkan bulan-bulan biasa. Bahkan, ada produk tertentu yang bisa melesat penjualannya hingga 50%. 

"Biasanya dalam 2 hingga 3 bulan menjelang Ramadan penjualan meningkat sekitar 30% bahkan produk tertentu bisa sampai 50%, yang dibutuhkan selama puasa lebaran tahun ini diperkirakan lebih baik dari tahun lalu," ungkap Adhi, kepada Kontan.co.id, hari ini. 


Baca Juga: Global Lesu, Industri Manufaktur Tetap Melaju

Dia menyebutkan, sejumlah produk F&B yang tinggi peminat selama festive Ramadan di antaranya, produk-produk manis seperti nata decoco, kolang-kaling, kurma, minuman manis, dan sirup. 

Sedangkan khusus untuk hari Lebaran, produk biskuit dan berbagai jenis minuman, serta snack yang biasanya diincar para konsumen. 

Dengan adanya potensi lonjakan permintaan menjelang momentum Ramadan tahun ini, para pelaku usaha F&b menjalankan berbagai strategi. 

Di antaranya menjamin ketersediaan produk dengan melakukan pendistribusian ke seluruh wilayah serta deal dengan modern trade dari jauh-jauh hari sebelum bulan Ramadan tiba.  "Di samping itu kesempatan produsen melakukan promosi terutama produk untuk puasa lebaran," sebutnya. 

Baca Juga: Selama Nataru, Industri Mamin Diprediksi Tumbuh Sekitar 10%-15%

Secara keseluruhan, Gapmmi optimistis penjualan industri F&B bisa meningkat 6%-7% sepanjang tahun ini. Optimisme tersebut ditopang oleh beberapa katalis positif, mulai dari momentum ramadan, kegiatan politik, juga event-event besar lainnya seperti Nataru. 

"Meskipun tantangan daya beli masyarakat kelas bawah akibat pandemi belum pulih sepenuhnya. Diharapkan insentif pemerintah untuk itu terus dijalankan. Sementara kelas menengah atas cukup mumpuni daya belinya," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli