KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pulihnya sektor pariwisata seiring meredanya pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap laju industri perhotelan. Kemudian momentum Ramadan dan Idul Fitri menjadi angin segar bagi emiten perhotelan. Equity Research Phintraco Sekuritas Rio Febrian mengatakan menjelang hari raya Idul Fitri emiten perhotelan dapat diperhatikan didorong pemberhentian PPKM dan pulihnya aktivitas masyarakat. Sehingga berpotensi meningkatkan pengunjung pada sektor perhotelan. "Sektor perhotelan berpotensi mencatatkan peningkatan pendapatan terutama pada Hari Raya Libur. Hal ini ditunjukkan pada tingkat kunjungan wisatawan yang mencapai 735.947 orang atau naik 503,34% secara tahunan atau
year on year (yoy) per Januari 2023," Jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (12/3).
Selain itu, data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mulai stabil menyentuh level pre-pandemi. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) per Februari 2023 berada di 122.4 dibanding rata-rata IKK pra-pandemi yakni 124.5.
Baca Juga: Ini Penyebab Pendapatan Red Planet Indonesia (PSKT) Meningkat Hal ini menunjukkan pemulihan konsumsi masyarakat ke level pra-pandemi dan berpotensi menjaga permintaan atau
spending masyarakat karena pemulihan ekonomi pasca Covid-19. Adapun Inflasi Indonesia yang diperkirakan turun ke kisaran 1%-3% yoy di tahun 2023. Hal ini juga ditunjukkan dari inflasi bulan Februari 2023 di 5.47% yoy dari level 5.95% yoy di September 2022. Sementara, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan secara fundamental, emiten-emiten di sektor perhotelan masih mempunyai tantangan yang cukup berat pasca pandemi Covid-19 dan masa pemulihan ekonomi. Namun jika dilihat dari sisi kinerja fundamental dari emiten perhotelan sudah mulai membaik sejak 2021 pasca pelonggaran PPKM. "Dari sisi laba operasional dan laba bersih masih tercatat rugi bersih, namun dengan jumlah yang relatif berkurang dibanding rugi bersih di tahun sebelumnya," jelasnya.
Baca Juga: Ekonomi Global Terungkit, TRIS Berharap Penjualan Ekspor Tumbuh Lebih Baik Menurut Praska investor dapat tetap mencermati emiten-emiten perhotelan dengan catatan pertimbangan adanya perbaikan kinerja fundamental, khususnya dari sisi penjualan dan margin laba. Selain itu, investor juga disarankan lebih bermain jangka pendek-menengah serta mempertimbangkan aspek likuiditas transaksi dan tren harga saham. Praska mengatakan dampak momentum hari Raya Idul Fitri tetap ada, namun tampaknya tidak terlalu signifikan mempengaruhi aspek pendapatan emiten perhotelan. Sentimen yang turut mempengaruhi kinerja emiten-emiten perhotelan berasal dari perbaikan sektor ekonomi riil serta indeks keyakinan konsumen yang lebih mempengaruhi karena terefleksi pada tingkat belanja masyarakat, termasuk kebutuhan jasa perhotelan. "Secara ekonomi, indeks keyakinan konsumen dan tingkat belanja konsumen dapat mempengaruhi minat konsumen dalam hal penggunaan jasa perhotelan," Jelasnya. Praska menambahkan prospek ekonomi secara umum, seperti kebijakan moneter dan lapangan kerja juga secara tidak langsung berpengaruh pada industri perhotelan, karena berkaitan dengan tingkat belanja konsumen.
Baca Juga: Tahun 2022, Red Planet Indonesia (PSKT) Meraup Pendapatan Rp 58,86 Miliar Adapun prospek kinerja emiten perhotelan ke depannya masih relatif fluktuasi, mengingat tren pergerakan harga sahamnya mayoritas masih bergerak
sideways dalam jangka menengah-panjang. Sementara emiten perhotelan yang mampu mencetak laba, tren pergerakan saham diperkirakan masih tetap
bullish dalam jangka pendek-menengah dengan ekspektasi
return 5%-10% hingga akhir tahun ini. Praska merekomendasikan beli untuk saham PSKT, EAST, dan SNLK dapat menjadi alternatif jangka pendek hingga menengah dengan memperhatikan tren harga saham dan kinerja keuangan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli