Jelang rapat FOMC, IHSG berpotensi koreksi wajar pekan depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) selama sepekan ini terkoreksi. Dalam lima hari perdagangan, hanya satu hari indeks ditutup menguat, yakni pada Kamis (8/3). Pada awal pekan, indeks dibuka pada level 6.582,32 kemudian ditutup pada level 6.433,32 pada Jumat (9/3). Dengan kata lain, selama sepekan indeks telah terkoreksi 2,26%.

Terkoreksinya indeks, sejalan dengan aksi investor asing yang tercatat net sell sebesar Rp 4,51 triliun selama sepekan. Aksi keluar asing, salah satunya tak terlepas dari sentimen global yang datang dari keputusan Amerika Serikat. Sedangkan bila diukur sejak awal tahun, investor asing mencatat net sell sebesar Rp 13,99 triliun.

Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan koreksi indeks saham selama sepekan ini disebabkan minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Alhasil, IHSG bertahan di zona merah.


Selain itu, hasil publikasi data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga berada di bawah ekspektasi pasar. Hal ini menandakan terjadinya degredasi tingkat daya beli masyarakat. “Apalagi rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS sehingga membuat cadangan devisa RI sedikit tergerus,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Jumat (9/3).

Pada pekan depan, secara eksternal, para pelaku pasar menantikan rilis data US Nonfarm Payroll pada Jumat ini yang diperkirakan akan lebih positif bagi perekonomian AS. Dengan demikian, kepastian kenaikan suku bunga The Fed pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) 21 Maret nanti akan semakin besar.

Selain itu, para pelaku pasar sangat menyayangkan kebijakan proteksionisme Donald Trump dengan menetapkan bea impor aluminium dan baja. Hal ini telah menyebabkan friksi dengan penasihat ekonomi utama Gedung Putih, Gary Cohn sehingga pada akhirnya Gary mengundurkan diri. “Hal ini tentu sangat disayangkan bagi para pelaku pasar mengingat Gary Cohn dikenal sebagai pro pasar,” lanjutnya.

Nafan memperkirakan pekan depan, indeks saham lebih cenderung terkoreksi wajar. Indeks saham memiliki support 6.363 dan 6.293 dan resistance pekan depan adalah 6.500 dan 6.550. Sentimen The Federal Reserve (The Fed) dinilai akan mendominasi. “Sementara itu, kalau sentimen domestik saya lebih menyoroti proyeksi neraca perdagangan RI yang diperkirakan akan defisit lagi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat