Jelang Rilis Data AS, Harga Emas Pekan Ini Diramal Menguat



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas pekan ini diprediksi akan mengalami penguatan. Pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) masih akan menjadi faktor utama yang mendorong harga emas.

Analis Dupoin Indonesia (sebelumnya DCFX Futures), Andrew Fischer memperkirakan, dolar AS akan melemah cukup signifikan. Pekan ini, perhatian investor akan tertuju pada berita Federal Open Market Committee (FOMC) dan data Non Farm Payroll (NFP) karena berita tersebut sangat berpengaruh pada pergerakan harga emas.

“Kedua berita tersebut merupakan indikator penting yang sering kali memengaruhi pergerakan harga emas,” ujar Fischer dalam riset yang dibagikan Senin (29/7).


Fischer mengatakan, FOMC akan memberi gambaran terkait kebijakan moneter The Fed, sementara NFP akan menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja AS. Kedua berita ini bisa menjadi peluang besar bagi investor emas untuk mengambil keuntungan.

Baca Juga: Harga Emas Naik Karena Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed & Risiko Geopolitik

Secara teknikal, tren harga emas masih cenderung naik dan diperkirakan akan terus berlanjut. Pola candlestick memberikan indikasi bullish, sedangkan garis trendline menunjukkan bahwa momentum kenaikan masih kuat.

Adapun pada hari Jumat (26/7) lalu, harga emas naik sebesar 1% karena imbal hasil Treasury AS turun. Optimisme penurunan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan September, setelah data menunjukkan harga emas AS sedikit naik di bulan Juni, menjadi pendorong utama kenaikan ini.

Harga emas di pasar spot naik 1% menjadi US$2,388.05 per ons troi, setelah sebelumnya mencapai level terendah sejak 9 Juli pada hari Kamis. Emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus ditutup 1,2% lebih tinggi pada US$2,381 per ons troi.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Ramal 3 Aset Ini Bakal Terbang Tinggi dan Bisa Bikin Kaya Raya

Fischer menuturkan, para pengambil kebijakan The Fed pada hari Jumat mendapat bukti baru mengenai kemajuan dalam perjuangan mereka melawan inflasi. Hal ini memicu ekspektasi bahwa The Fed akan memberikan sinyal penurunan suku bunga pada pertemuan mereka minggu depan, yang diperkirakan akan dimulai pada bulan September.

“Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil, sehingga mendorong investor untuk beralih ke emas,” kata Fischer.

Selain itu, lanjut dia, Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 0,1% bulan lalu setelah tidak berubah pada bulan Mei, menurut Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS. Setelah data tersebut dirilis, imbal hasil obligasi 10 tahun turun ke level terendah dalam satu minggu.

Sementara, permintaan fisik di India, konsumen terbesar kedua emas, juga mendapat dorongan setelah negara tersebut memangkas bea masuk atas emas dan perak pada awal pekan ini. Premi emas di India melonjak ke level tertinggi dalam satu dekade, menunjukkan permintaan yang kuat di pasar tersebut.

Mengutip Bloomberg, Senin (29/7) pukul 15.52 WIB, harga emas berada di posisi US$2.390.74 per ons troi. Harga emas spot terpantau naik sekitar 0,15% dari posisi penutupan terakhir.

Secara keseluruhan, Fischer melihat harga emas minggu ini akan menguat didorong oleh pelemahan USD, ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed, dan peningkatan permintaan fisik di India.

Tren harga emas masih cenderung naik, menciptakan peluang investasi yang menarik bagi para investor. Investor perlu memperhatikan berita FOMC dan data NFP minggu ini, karena keduanya dapat memberikan indikasi penting mengenai arah kebijakan moneter dan kondisi ekonomi AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih