KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas saat ini dipengaruhi oleh volatilitas pasar menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pekan ini. Tim Research and Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) mencatat bahwa pelaku pasar menantikan data inflasi AS sebagai petunjuk untuk kebijakan moneter The Fed. Peningkatan inflasi dapat mendorong Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga. Proyeksi indeks harga konsumen (CPI) AS bulan ini menunjukkan peningkatan bulanan sebesar 0,1% (MoM), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang naik 0,4% MoM. Secara tahunan, CPI AS bulan Oktober diproyeksikan tumbuh 3,3%, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,7%.
Baca Juga: Bungasari dan ACP Perkuat Regenerasi Chef Muda lewat Kompetisi Emas dianggap sensitif terhadap suku bunga tinggi, dan jika inflasi tetap tinggi, The Fed dapat memperketat kebijakan moneternya, yang dapat mempengaruhi harga emas. Namun, ketidakpastian geopolitik akibat konflik Israel-Hamas memberikan dukungan positif bagi emas sebagai aset safe-haven. Data terbaru menunjukkan korban tewas konflik telah mencapai 11.000 jiwa, dengan 50.000 warga sipil Palestina meninggalkan wilayah utara. Analis DCFX, Andrew Fischer, menyatakan bahwa permintaan safe haven terhadap emas telah berkurang seiring meredanya konflik di Timur Tengah, menyebabkan koreksi harga emas lebih dari 3% pekan lalu. Diperkirakan bahwa laporan CPI AS bulan Oktober akan menunjukkan penurunan inflasi, terutama disebabkan oleh moderasi harga energi. Sementara CPI inti tetap pada level bulan September dengan peningkatan sebesar 4,1% dari tahun sebelumnya. Investor juga memantau data indeks harga produsen AS yang akan dirilis.
Baca Juga: Harga Emas Volatil Jelang Rilis Data Inflasi AS, Begini Prospeknya ke Depan Investor juga menantikan rencana Shutdown Government Amerika Serikat, yang jika terjadi, dapat membuat harga emas menjadi sangat volatil. Hal ini sejalan dengan memburuknya kredit rating utang AS menjadi Negatif menurut Moody's. Fischer menekankan bahwa pergerakan harga emas selanjutnya sangat dipengaruhi oleh data inflasi AS. Jika data menunjukkan inflasi lebih tinggi dari perkiraan, harga emas mungkin turun karena meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga AS. Sebaliknya, inflasi sesuai perkiraan atau lebih rendah dapat membuat harga emas naik. Kenaikan suku bunga AS diharapkan dapat mengurangi daya tarik emas sebagai investasi, karena emas tidak memberikan imbal hasil. Selain itu, kenaikan suku bunga dapat memperkuat dolar AS, membuat harga emas lebih sulit dijangkau untuk investasi.
Pasar saat ini memperkirakan dengan tingkat kepastian 86% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada kisaran 5,25%-5,5% pada bulan Desember mendatang. Faktor ini juga dianggap akan mempengaruhi pergerakan harga emas dalam beberapa bulan ke depan.
Baca Juga: Cuan Secuwil, Harga Emas Hari Ini Untungkan Pembeli Setahun Lalu! Harga emas spot pada Selasa (14/11) membuka perdagangan dengan kenaikan 0,21% menjadi US$ 1.950,05 per troi ons, namun telah kembali ke kisaran US$ 1.945 per troi ons pada sore hari pukul 16.15 WIB. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli