KONTAN.CO.ID - SAN FRANSISCO. Kebijakan tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) tampaknya mulai melukai kinerja perusahaan manufaktur berskala besar. Menjelang rilisnya laporan keuangan emiten untuk kuartal kedua, Wall Street menghadapi ketidakpastian dari hasil laporan sejumlah perusahaan industri besar tersebut. Perang dagang antara AS dan China membuat investor khawatir terhadap dampak yang akan memengaruhi kinerja dan pendapatan emiten terkait. Bahkan, Deutsche Bank pada Juni lalu telah memperkirakan bahwa kebijakan tarif impor sebesar US$ 200 miliar akan memukul pertumbuhan laba perusahaan sebesar 1%-1,5%. "Jika retorika politik saat ini secara instens diterjemahkan ke dalam kebijakan proteksionis yang sebenarnya, itu hanya akan berdampak negatif bagi semua bisnis di AS dan luar negeri, termasuk kita," ujar Hamid Moghadam, Kepala Eksekutif Prologis, perusahaan manajemen rantai pasokan berbasis California, seperti dikutip Reuters, Senin (23/7).
Jelang rilis laporan keuangan, Wall Street diselimuti dampak perang dagang
KONTAN.CO.ID - SAN FRANSISCO. Kebijakan tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) tampaknya mulai melukai kinerja perusahaan manufaktur berskala besar. Menjelang rilisnya laporan keuangan emiten untuk kuartal kedua, Wall Street menghadapi ketidakpastian dari hasil laporan sejumlah perusahaan industri besar tersebut. Perang dagang antara AS dan China membuat investor khawatir terhadap dampak yang akan memengaruhi kinerja dan pendapatan emiten terkait. Bahkan, Deutsche Bank pada Juni lalu telah memperkirakan bahwa kebijakan tarif impor sebesar US$ 200 miliar akan memukul pertumbuhan laba perusahaan sebesar 1%-1,5%. "Jika retorika politik saat ini secara instens diterjemahkan ke dalam kebijakan proteksionis yang sebenarnya, itu hanya akan berdampak negatif bagi semua bisnis di AS dan luar negeri, termasuk kita," ujar Hamid Moghadam, Kepala Eksekutif Prologis, perusahaan manajemen rantai pasokan berbasis California, seperti dikutip Reuters, Senin (23/7).