Jelang Tebar Dividen, Saham BRI (BBRI) Sentuh All Time High di Level Rp5.850



KONTAN.CO.ID - Pada sesi pertama bursa Jumat (12/1), saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) terpantau berada di zona hijau dengan harga Rp5.800 per saham. Sepanjang sesi I perdagangan hari ini, saham BBRI sempat menyentuh level all time high di Rp5.850 per saham.

Saat perdagangan Kamis (11/1), harga pembukaan saham BBRI tercatat Rp5.700 per saham dan naik 0,88% ke harga Rp5.750 per saham pada saat penutupan bursa. Di awal bursa hari ini, BBRI kembali menguat 0,87% dan naik 50 poin ke harga Rp5.800 per saham.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga penutupan bursa Kamis (11/1) kapitalisasi pasar BBRI mencapai urutan kedua di level Rp863 triliun. Dari nilai transaksi, BBRI menempati urutan pertama dan menjadi jawara top value saham dengan nilai transaksi sebesar Rp761 miliar.


Sementara itu menurut catatan RTI, saham BBRI telah mengalami kenaikan 12,56% sejak tiga bulan yang lalu. Pada penutupan perdagangan Kamis (11/1), penguatan saham BBRI diiringi aksi beli investor asing yang mencatat net buy Rp300,18 miliar.

BRI bakal membagikan dividen interim pada 18 Januari 2024 kepada para pemegang saham BBRI. Nilai dividen tersebut mencapai Rp12,7 triliun,  yang setara dengan Rp84 per saham. Total nilai dividen ini lebih besar dibandingkan yang dibagikan BRI tahun lalu yaitu sebesar Rp8,63 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pembagian dividen ini merupakan upaya Perseroan untuk memberikan economic value, terutama bagi para pemegang saham.

“Kami optimistis akan mampu untuk terus create value dan memberikan return yang optimal kepada pemegang saham,” ujarnya.

Pada kesempatan lain, Sunarso juga meyakini BRI dapat mengarungi iklim bisnis pada 2024 karena memiliki fundamental yang kuat, salah satunya dicerminkan oleh kondisi likuiditas yang memadai. Per September 2023, BRI memiliki Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 87,76%.

Selain itu, Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal BRI berada di level 27,48%. Persentase ini jauh lebih dari cukup, karena berdasarkan ketentuan Basel II hanya dibutuhkan CAR sekitar 17,5% untuk mengantisipasi seluruh risiko.

“Tidak perlu nambah modal dan tetap bisa tumbuh secara agresif. Saya kira mungkin itu yang paling penting. Jadi, saya simpulkan, kondisi likuiditas BRI baik-baik saja, tercermin di LDR-nya yang masih relatif rendah, kita masih bisa dorong kredit. Kemudian untuk dorong kredit, modalnya juga sangat tinggi, sangat cukup untuk meng-cover pertumbuhan,” tegas Sunarso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wendi Setiyo