KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis rekomendasi investor untuk memulai koleksi sejumlah saham
blue chip dari badan usaha milik negara (BUMN). Saham perusahaan pelat merah biasanya ketiban rezeki saat akhir tahun karena ada
window dressing.
Window dressing adalah strategi untuk mempercantik laporan keuangan perusahaan, sehingga nilai perusahaan terlihat semakin bagus. Strategi ini umum terjadi menjelang tutup buku di akhir tahun. Jika mempermudah menyeleksi saham, investor bisa mencermati konstituen indeks IDX BUMN20. Indeks ini berisikan 20 saham unggulan BUMN dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) beserta afiliasinya.
Sepanjang tahun ini, indeks IDX BUMN20 masih terkoreksi 3,65% hingga akhir perdagangan Selasa (14/11). Tekanan indeks ini disebabkan oleh beberapa pelemahan saham dengan bobot besar. Head of Research InvestasiKu by Mega Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menjelaskan secara bobot, pelemahan signifikan
TLKM dan
MTEL menjadi penekan indeks IDX BUMN20. "TLKM punya bobot 16% terhadap indeks. Sementara itu MTEL punya bobot 2,6% dan sudah melemah 16% sepanjang tahun berjalan ini," jelas dia saat dihubungi Kontan, Selasa (14/11). Cheril menilai tekanan pada indeks ini disebabkan karena tidak adanya sentimen positif yang bisa mendongkrak harga dan meningkatkan minat pelaku pasar. Ayu Dian, Research Analyst Reliance Sekuritas mencermati IDX BUMN20 bergerak
sideways sepanjang 2023 mengikuti pergerakan sektor perbankan dan energi yang memiliki bobot besar. Dia menjelaskan penurunan kedua sektor itu disebabkan ada rotasi sektoral. Pasalnya, pelaku pasar telah memperkirakan akan penurunan kinerja pada emiten komoditas. Ambil contoh, kinerja PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) yang mengalami kontraksi hingga kuartal III-2023. Laba bersih PTBA anjlok 62,21% secara tahunan menjadi Rp 3,77 triliun. "Sementara dari sektor perbankan juga mulai terbatas di tengah harga saham yang masih mengalami tekanan jual setelah mencapai
all time high," kata Ayu. Saham Pilihan Ayu menilai pergerakan IDX BUMN20 masih akan cenderung terbatas hingga akhir 2023. Ini mengingat minimnya sentimen dari masing-masing sektoral. "Namun investor bisa memanfaatkan momentum kenaikan harga menjelang akhir tahun dan ekspektasi akan pembagian dividen," tuturnya. Reliance Sekuritas merekomendasikan
speculative buy pada
JSMR dengan target harga di Rp 4.730. Ayu juga merekomendasikan
speculative buy MTEL dengan target di Rp 690. Cheril menilai masih ada potensi untuk terjadinya
window dressing. Biasanya, saham-saham
blue chip akan menjadi incaran dan kembali menguat. "Konstituen IDX BUMN20 yang
blue chips berpotensi jadi favorit investor juga dan harganya berpotensi
rebound khususnya yang valuasinya atraktif," jelasnya. Cheril menilai TLKM masih menarik untuk dicermati dengan target harga di Rp 3.00 dan
stop loss Rp 3.400. Secara PER TLKM juga masih lebih murah dibandingkan
peers. Salah pilihan lainnya jatuh pada
BBRI dengan target harga Rp 5.400 dan stop loss Rp 4.900. Cheril bilang BBRI unggul dari pertumbuhan kredit yang solid serta valuasi yang menarik. BBRI dan TLKM termasuk kategori saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham blue chip adalah saham lapis satu dengan fundamental kuat dan nilai kapitalisasi pasar besar, mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Pada perdagangan Selasa 14 November 2023, harga saham TLKM ditutup di level 3.500, turun 20 poin atau 0,57% dibandingkan sehari sebelumnya. Pada periode yang sama, harga saham BBRI naik 50 poin atau 1,00% ke level 5.075.
Itulah rekomendasi saham blue chip BUMN yang perlu diperhatikan investor. Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto