KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jenderal TNI Andika Perkasa menjalani uji kelayakan dan kepatutan atawa fit and proper test sebagai calon Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto, Sabtu (6/11). Uji kepatutan dan kelayakan dilaksanakan semi tertutup oleh Komisi I DPR-RI. Ketua Komisi I DPR, Meutya Hafid yang memimpin jalannya uji kelayakan dan kepatutan Jenderal Andika Perkasa. "Rapat dengar pendapat umum kita buka dengan sifat terbuka," kata Meutya saat membuka proses uji kelayakan dan kepatuhan calon panglima TNI ini.
Andika diberikan waktu 30 menit untuk memaparkan visi misi. Nantinya, tiap fraksi diberikan waktu 7 menit untuk pendalaman secara tertutup, dan Andika diberikan waktu 20 menit untuk menjawabnya yang juga secara tertutup. “Pendalaman tanya jawab masing-masing anggota diberikan alokasi waktu 3 menit secara tertutup, dan kemudian calon Panglima TNI menjawab diberikan waktu kurang lebih 20 menit secara tertutup,” jelas Meutya. Saat memulai proses uji kelayakan dan kepatutan ini, Andika menyebut visi-nya "TNI adalah kita". “Memang sangat singkat sekali, justru dari sini kami ingin masyarakat Indonesia, masyarakat internasional, melihat TNI adalah kami, atau bagian dari mereka,” jelas Jenderal Andika. Sedangkan untuk misi, Andika menjelaskan bahwa dia tidak ingin keluar dari Undang-Undang (UU) No 34 tentang TNI, yang secara umum ada tiga, yakni menegakan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan NKRI, dan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah. Dalam pemaparannya, Andika menjelaskan bahwa dia mempunyai delapan fokus lain, selain operasi militer untuk perang dan non perang Lebih lanjut Andika menjelaskan, fokus pertamanya adalah penguatan pelaksanaan tugas-tugas TNI yang didasarkan pada Peraturan Perundang-undangan. “Tugas-tugas yang kami laksanakan sudah diatur dalam UU, tetapi implementasinya masih banyak kelemahan, dan itu jadi prioritas utama saya,” tegas Kedua, penguatan operasi pengamanan perbatasan darat, laut, dan udara. Menurutnya ini menjadi fokus untuk ditingkatkan, dan detailnya akan dijelaskan dalam sesi tertutup. Ketiga, peningkatan kesiapsiagaan TNI. Menurut calon tunggal Panglima TNI ini, karena banyak yang bisa dilakukan untuk membuat TNI lebih siap dalam operasi perang maupun non-perang. Keempat, peningkatan operasional siber yang perlu ditingkatkan. Kelima,peningkatan sinergitas intelijen terutama di wilayah konflik. “Intelijen khususnya di daerah yang ada gangguan keamanan apakah horizontal dan vertikal perlu mendapatkan prioritas pada era ke depan,” jelasnya. Keenam, interoperabilitas sinergitas antara darat, laut, dan udara. Menurut Andika, ini akan membuat TNI tahu di mana kekurangannya, dan operasi bersama tiga angkatan menjadi satu kebutuhan yang tidak bisa dihindari sejauh ini.
Ketujuh, penataan organisasi. Andika menjelaskan karena masih banyak ruang untuk perbaikan, “Saya lihat adanya kekurangan yang masih bisa kami perbaiki, untuk membuat kerjasama tim lebih bagus,” tegas dia. Kedelapan, diplomasi militer yang sesuai dengan politik luar negeri Indonesia. Ini menurutnya semakin penting, dan patut menjadi perhatiannya ketika dipercaya menjadi pimpinan tertinggi TNI. Nah, setelah Andika selesai memaparkan fokusnya ini, sidang uji kelayakan dan kepatutan menjadi tertutup. Lrena setiap fraksi dari Komisi I akan melakukan pendalaman terlebih dahulu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari