KONTAN.CO.ID - ESPARGOS. Perjanjian pertahanan bersama antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un berpotensi menciptakan perselisihan dengan China. Seperti yang diketahui, China telah lama menjadi sekutu utama Korea Utara. Hal tersebut diungkapkan oleh Jenderal Angkatan Udara C.Q. Brown, ketua Kepala Staf Gabungan AS. “Saat ini ada pihak lain yang ikut campur, sehingga hal ini mungkin akan memicu lebih banyak perselisihan antara (China) dan Rusia. Jadi akan menarik untuk melihat bagaimana ketiga negara ini -- bagaimana hal ini akan terjadi," jelasnya kepada wartawan.
Reuters memberitakan, para analis mengatakan pakta tersebut, yang ditandatangani pada hari Rabu (19/6/2024), dapat melemahkan pengaruh Beijing terhadap kedua negara tetangganya. Munculnya ketidakstabilan yang meningkat dapat berdampak negatif terhadap ambisi ekonomi dan strategis global China. Pada Kamis (20/6/2024), Putin mengatakan Rusia mungkin akan memasok senjata ke Korea Utara, yang menurutnya merupakan respons serupa terhadap tindakan Barat yang mempersenjatai Ukraina. Brown mengakui kekhawatiran AS terhadap kesepakatan tersebut. Baca Juga: Kapal Induk AS Merapat ke Korsel, Unjuk Kekuatan Terhadap Korut Namun ia juga melunakkan pernyataan tersebut dengan menyatakan adanya keterbatasan dalam perjanjian tersebut dan menyatakan keraguan bahwa Moskow akan memberikan “segala sesuatu” yang diinginkan Korea Utara. Para pejabat AS mengatakan mereka yakin Korea Utara tertarik untuk memperoleh pesawat tempur, rudal permukaan-ke-udara, kendaraan lapis baja, peralatan atau bahan produksi rudal balistik, dan teknologi canggih lainnya dari Rusia. “Umpan balik yang saya dapatkan mengenai perjanjian tersebut – ini adalah perjanjian yang luas dan tidak terlalu mengikat, yang memberi Anda indikasi (bahwa) mereka ingin bekerja sama tetapi tidak ingin terikat,” kata Brown.