KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para menteri luar negeri dari 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah setuju untuk melarang para jenderal yang berkuasa di Myanmar hadir di pertemuan kelompok itu sampai mereka membuat kemajuan dalam rencana 15 bulan untuk mengatasi krisis yang dipicu oleh kudeta militer. Berbicara pada konferensi pers di akhir serangkaian pertemuan regional ASEAN di Phnom Penh, Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn, yang juga utusan khusus untuk Myanmar, mengatakan para jenderal “harus bertindak dengan cara yang menunjukkan kemajuan yang dicapai, kemudian kita akan dapat bertindak berdasarkan keputusan untuk menunjukkan kemajuan”. Pada hari Jumat, para menteri luar negeri mengutuk kurangnya kemajuan dalam apa yang disebut Konsensus Lima Poin yang disepakati dengan panglima militer dan pemimpin kudeta Jenderal Senior Min Aung Hlaing pada April 2021, dan menuntut Dewan Administrasi Negara (SAC) yang memproklamirkan diri mengambil tindakan untuk mematuhi rencana tersebut sebelum pertemuan puncak regional pada bulan November.
Jenderal Penguasa Myanmar Dilarang Hadir di Pertemuan Anggota ASEAN
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para menteri luar negeri dari 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah setuju untuk melarang para jenderal yang berkuasa di Myanmar hadir di pertemuan kelompok itu sampai mereka membuat kemajuan dalam rencana 15 bulan untuk mengatasi krisis yang dipicu oleh kudeta militer. Berbicara pada konferensi pers di akhir serangkaian pertemuan regional ASEAN di Phnom Penh, Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn, yang juga utusan khusus untuk Myanmar, mengatakan para jenderal “harus bertindak dengan cara yang menunjukkan kemajuan yang dicapai, kemudian kita akan dapat bertindak berdasarkan keputusan untuk menunjukkan kemajuan”. Pada hari Jumat, para menteri luar negeri mengutuk kurangnya kemajuan dalam apa yang disebut Konsensus Lima Poin yang disepakati dengan panglima militer dan pemimpin kudeta Jenderal Senior Min Aung Hlaing pada April 2021, dan menuntut Dewan Administrasi Negara (SAC) yang memproklamirkan diri mengambil tindakan untuk mematuhi rencana tersebut sebelum pertemuan puncak regional pada bulan November.