Jepang berencana evakuasi warga dari Korsel



TOKYO. Jepang berencana mengevakuasi hampir 60.000 warganya dari Korea Selatan. Dewan Keamanan Nasional membahas rencana evakuasi seiring memanasnya kondisi di Semenanjung Korea terkait program senjata nuklir Korea Utara (Korut).

Sebelumnya, Jumat (14/4), Korut mengecam Amerika Serikat karena mengerahkan aset-aset strategis nuklir ke Semenanjung Korea. Diketahui, kapal induk AS telah mengarah ke wilayah itu di tengah kekhawatiran Korut mungkin melakukan uji coba nuklir yang keenam kalinya.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan, pemerintah selalu mengumpulkan dan mencermati informasi terkait langkah-langkah Korea Utara. Namun, ia tidak memberikan keterangan lebih rinci.


"Pada saat ini, kita menjalin kontak secara erat dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan, selain itu, mendesak (Korea Utara) untuk menahan diri dari tindakan-tindakan provokatif dan mematuhi resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB yang terkait. Kita akan mengambil semua langkah yang memungkinkan untuk melindungi nyawa para warga kita beserta aset-asetnya," ujar Suga dalam keterangan pers seperti dilansir Reuters, Jumat.

Selain kapal-kapal dan pesawat komersil, Jepang ingin mengirimkan pesawat dan kapal militer untuk membantu pemindahan warga negaranya dari Korea Selatan, jika pemerintah Korsel menyetujuinya.

Dewan Keamanan Nasional pada sidang yang berlangsung pada Kamis, juga membahas upaya untuk menghadapi kemungkinan banjir pengungsi dari Korea Utara ke Jepang. Sejumlah mata-mata dan agen intelijen Korea Utara dikhawatirkan menyelip di antara para pengungsi.

Jepang mulai membahas rencana menghadapi kemungkinan krisis di Semenanjung Korea sejak Februari lalu, yaitu setelah Perdana Menteri Shinzo Abe bertemu Trump pada konferensi tingkat tinggi di Amerika Serikat.

Para peserta sidang Dewan Keamanan Nasional pada 23 Februari memperkirakan, krisis di Semenanjung Korea bisa menimbulkan gelombang besar pengungsi di sepanjang perairan Laut Jepang. Para peserta meminta pihak-pihak terkait untuk mempersiapkan tanggap kemanusiaan serta pengetatan keamanan atas kemungkinan para tentara Korea Utara bisa memasuki Jepang dengan berpura-pura menjadi pengungsi.

Seperti diketahui, ketegangan di Semenanjung Korea meningkat sejak Angkatan Laut Amerika Serikat menembakkan 59 peluru kendali Tomahawk ke sebuah pangkalan udara Suriah pekan lalu, sebagai tindakan terhadap serangan gas maut. Serangan Tomahawk itu menambah kekhawatiran soal rencana Presiden AS Donald Trump terhadap Korut

Sementara, Korut telah melancarkan serangkaian uji coba peluru kendali dan nuklir, yang bertentangan dengan sanksi-sanksi unilateral dan Perserikatan Bangsa-bangsa. Negeri Paman Sam telah mengeluarkan peringatan bahwa kebijakan AS yang sabar secara strategis, sudah berakhir.

Editor: Dupla Kartini