Jepang dan China Menciutkan Permintaan, Harga Minyak Kian Terperosok



SINGAPURA. Harga minyak dunia kembali terperosok untuk yang kedua kalinya dalam dua hari ini di New York. Sinyal penurunan perekonomian global menyurutkan permintaan China dan Jepang, negara terbesar pengomsumsi minyak terbesar kedua dan ketiga di dunia. Jepang kini memasuki resesi yang pertama sejak 2001dengan GDP tahunan menciut 0,1% per September 2008 setelah terjungkir 3,7% di periode sebelumnya. China National Petroleum Corp., penghasil minyak terbesar di China, menegaskan bahwa permintaan minyak kini menyusut drastis sejak September lantaran krisis kredit global. "Rasanya tidak banyak yang bisa dilakukan di luar sana untuk menghentikan jatuhnya harga minyak," kata Toby Hassall, research analyst Commodity Warrants Pty di Sydney. "Permintaan cenderung melemah dan sepertinya proyeksi ke depan yang muram akan mendorong harga minyak lebih rendah dari US$ 50 per barel pada minggu ini," imbuhnya.  Harga minyak mentah untuk pengiriman Desember kembali merosot sebesar US$ 1,44 atau 2,5% menjadi US$ 55,60 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga tersebut US$ 55,73 pada pukul 9.35 waktu Singapura. Kontrak juga terjungkal 2,1% menjadi US$ 57,04 per 14 November 2008 lalu setelah menyentuh US$ 54,67 pada hari sebelumnya. Angka ini terbilang paling kontet sejak 30 Januari 2007. Harga ini tergelincir 6,6% minggu lalu seiring dengan pasar saham yang juga memble. Ditambah, Jerman sudah masuk resesi yang paling buruk sepanjang 12 tahun ini dan penjualan ritel AS terjerembap untuk yang keempat kalinya sepanjang empat bulan terakhir ini. Para ekonom telah memprediksikan perekonomian Jepang akan rebound 0,1% di bulan September. Menurut BP Statistical Review of Energy, Jepang mengonsumsi 5,1 juta barel sehari pada 2007. Sedangkan China menenggak 7,9 juta barel sehari. Menurut China National Petroleum dalam situsnya, menyusutnya permintaan minyak dunia ini disebabkan oleh krisis kredit. Kondisi ini diperburuk oleh menggelembungnya persediaan minyak secara signifikan. "Sebagai dampak dari krisis finansial yang kian menyusup perekonomian China, operasional perusahaan juga mau tak mau terkena imbas buruknya," katanya. International Energy Agency (IEA) minggu lalu telah memangkas prediksi konsumsi minyak pada tahun 2009sebesar 670.000 barel per hari. Permintaan akan merangsek naik sebesar 0,4% menjadi 86,5 juta barel sehari.Minyak jenis Brent untuk pengiriman Januari juga terpuruk sebesar 99 sen atau ,8% menjadi US$ 53,25 per barel di ICE Futures Europe exchange London, atau US$ 53,32 per barel pada pukul 9.37 waktu Singapura. Kontrak jatuh 3,6% menjadi US$ 54,24 per barel per 14 November 2008. Namun, OPEC tak buru-buru memangkas produksi minyaknya. Presiden OPEC Chakib Khelil bilang, OPEC bakal menunggu hingga Desember sebelum membabat produksinya kembali. Arab Saudi, produsen minyak terbesar di Dunia dan anggota terbesar di OPEC, akan membantu meringankan tekanan finansial global dengan mengatur kestabilan pasar minyak. Hal tersebut ditegaskan oleh King Abdullah usai pertemuan Group of 20 di Washington kemarin.


Editor: