KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kabar Inggris dan Jepang yang masuk ke jurang resesi, pengusaha mebel dan kerajinan mengalihkan fokus untuk
market tradisional. Di tahun ini, pertumbuhan industri ini setidaknya diharapkan mencapai 5% – 6%. Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan, Inggris dan Jepang selama ini memang jadi salah satu tujuan
market utama untuk produk mebel dan kerajinan nasional karena volume yang tidak sedikit. Namun, Abdul melihat kondisi global mulai dari kerawanan politik yang diwarnai konflik perang dan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata negara di dunia yang tidak positif, terus menghantui kinerja ekspor hingga kini.
Baca Juga: Dorong Daya Saing, HIMKI Gandeng Produsen Mesin dan Hardware Asal China "Sebelum terjadi krisis resesi di Inggris dan Jepang saat ini, HIMKI sudah melakukan upaya untuk mengantisipasi kondisi tersebut. Salah satu contoh upayanya adalah melakukan penetrasi
market lain, seperti
emerging market dan tidak meninggalkan
market tradisional," kata Abdul kepada Kontan, Rabu (21/2). Ia menegaskan bahwa HIMKI tidak meninggalkan
market tradisional dan melihat pasar tradisional kembali normal. Untuk menutupi angka penurunan yang terjadi, HIMKI melakukan
market offset strategy, yaitu menggeser sementara fokus orientasi pasar dalam upaya mengimbangi penurunan permintaan dari pasar tradisional. Di tataran pelaku usaha mebel dan kerajinan, kata Abdul, mereka harus melakukan persiapan yang lebih serius, salah satunya dengan mengoptimalisasi
digital marketing. Hal ini selain menjadi kelaziman di era digital, juga menjadi salah satu cara menghadapi ketidakpastian kondisi global saat ini Abdul menjelaskan, hal lain yang juga perlu diperhatikan ke depannya, di luar kondisi eksternal pasar adalah tren konsumen, seperti
sustainable product yang makin diminati serta ada potensi di mana produk mebel dan kerajinan yang dikombinasikan dengan teknologi. Menurutnya, yang tak kalah penting patut diperhatikan adalah
niche market (target pasar yang lebih spesifik) dibandingkan
mass product (pembuatan produk dalam jumlah besar). Alasannya, kata Abdul,
mass product selama ini lebih dikuasai oleh raksasa mebel dunia seperti China, sehingga apabila tetap menggunakan
mass product, industri kita akan berhadapan dengan pelaku industri mebel nomor satu, di mana infrasturktur termasuk teknologi permesinan yang sudah sangat maju.
Baca Juga: IFEX 2024 Digelar Mulai 29 Februari, Ada 68 Negara Daftar Sebagai Buyers Ia menuturkan industri mebel dan kerajinan sudah terjadi pelambanan bahkan sejak 2023. "Untuk proyeksi pertumbuhan kita harus tetap optimis bisa tumbuh di tahun ini," ungkapnya. Setidaknya tidak terjadi penurunan yang lebih mendalam dari situasi tahun lalu yang mencapai penurunan hingga 28%.
Di tahun ini, HIMKI punya agenda tahunan pameran IFEX 2024 sebagai strategi dan implemebtasi untuk naikkan permintaan pasar, pameran akan kami gelar 29 feb -3 maret di JIEXPO, akan hadir 12 ribu
buyers dari 115 negara yang animo sambutan pesertanya luar biasa, bahkan dari tahun kemarin. Selain itu, HIMKI juga mendapat sejumlah fasilitasi dari pemerintah termasuk yang non fasilitas berupa kunjungan ke sejumlah pameran ternama untuk melakukan upaya riset, termasuk di pameran di India. "Dari upaya ini setidaknya kami bisa berharap untuk pertumbuhan industri ini setidaknya mencapai 5 – 6% di tahun ini," pungkas Abdul. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .