KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jepang menemukan tambang harta karun dengan cadangan mineral langka sebanyak 230 juta ton yang diperkirakan akan memberi keuntungan besar dengan nilai mencapai miliaran dolar pada masa depan. Mengutip
unilad.com, penemuan ini berasal dari survei yang dilakukan oleh Yayasan Nippon bekerja sama dengan Universitas Tokyo, yang mengidentifikasi cadangan besar kobalt dan nikel di dasar laut sekitar Pulau Minami-Tori-shima.
Mengapa Mineral Ini Begitu Penting?
Kobalt dan nikel yang ditemukan adalah bahan baku utama untuk baterai kendaraan listrik (EV), yang sedang meningkat permintaannya seiring berkembangnya industri mobil ramah lingkungan.
Baca Juga: Amerika Serikat Miliki Harta Karun 2.000.000.000 Ton Mineral Tanah Jarang Jepang kini memiliki cukup cadangan untuk memenuhi kebutuhan domestik selama 11 tahun, yang bisa mengurangi ketergantungan mereka pada negara lain dalam memenuhi permintaan pasar.
Detil Survei: Menjelajahi Dasar Laut Menggunakan Teknologi Terkini
Survei dilakukan antara April hingga Juni dan berhasil mengungkap 610.000 metrik ton kobalt serta 740.000 metrik ton nikel di 100 titik dasar laut menggunakan kendaraan bawah laut yang dioperasikan dari jarak jauh. Kendaraan ini mencapai kedalaman 5.200 hingga 5.700 meter untuk mengonfirmasi lapisan nodule mangan padat yang terletak sekitar 1.200 mil dari Tokyo. Nodule mangan ini diyakini terbentuk selama jutaan tahun melalui proses akumulasi logam di laut yang melekat pada tulang ikan dan akhirnya melekat di dasar laut. Menariknya, nodul ini pertama kali ditemukan dalam survei tahun 2016 dan terbentuk di sekitar gigi Megalodon, hiu prasejarah raksasa yang hidup sekitar 23 hingga 3,6 juta tahun lalu. Selain kobalt dan nikel, nodul ini juga mengandung tembaga, yang semakin menambah nilai ekonomis deposit ini.
Baca Juga: Larangan Ekspor Konsentrat Tembaga Berlaku Tahun Depan, Begini Respons Emiten Tambang Langkah Selanjutnya: Eksplorasi dan Komersialisasi
Yasuhiro Kato, profesor geologi sumber daya di Universitas Tokyo, menyatakan bahwa timnya berencana menambang hingga tiga juta ton nodul per tahun mulai 2025.
Untuk mengurangi dampak lingkungan laut, tim akan menggunakan kapal penambangan luar negeri yang mampu mengangkat ribuan ton nodul setiap hari. Jepang berharap temuan ini dapat membantu pertumbuhan ekonominya dengan mendukung rantai pasokan domestik, dari penambangan hingga produksi, untuk mendukung industri EV secara mandiri.
Editor: Handoyo .