KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyampaikan perkembangan terbaru mengenai kelanjutan proyek strategis nasional (PSN) Blok Masela pasca ditinggal Shell. Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo mengatakan, saat ini pemerintah tengah mencari investor pasca hengkangnya Shell dari Blok Masela. "Masela masalahnya waktu Shell mengundurkan diri dan pemerintah sedang mencari penggantinya siapa," ucap Wahyu dalam konferensi pers bertajuk Pencapaian Proyek Strategis Nasional (PSN) Semester I 2022 di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (26/7).
Baca Juga: SKK Migas: Nasib Pencarian Mitra Pengganti Masela dan IDD Ditentukan Tahun Ini Lebih lanjut Wahyu mengatakan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tengah melakukan kunjungan kerja ke Jepang dan melakukan pertemuan khusus dengan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) pada Senin (25/7). Wahyu memperkirakan, salah satu hasil pertemuan tersebut adalah bahwa pihak Jepang dikabarkan berminat untuk berinvestasi di PSN Blok Masela. Namun, pihak Jepang ingin agar ada mitra kerja untuk menyelesaikan PSN tersebut. "Saya
ngga tau hasil pembicaraan Pak Menko, tapi isunya itu. Dari pihak investor Jepang tetap akan membangun di Masela, tapi ngga bisa sendiri, harus ada mitranya," sebut Wahyu. Oleh sebab itu, lanjut Wahyu, Kementerian ESDM saat ini tengah berupaya mencari mitra kerja yang tepat untuk berkolaborasi dengan JBIC untuk pengembangan PSN blok Masela. "Temen-temen ESDM sedang mencarikan siapa yang paling layak dan saya yakin Kementerian ESDM terus mencari mitranya supaya Masela ini segera bisa dibangun," ungkap Wahyu.
Baca Juga: Divestasi 35% Hak Partisipasi Shell Mandek, Proyek Blok Masela Masih Pembebasan Lahan Sebelumnya, dalam pertemuan dengan JBIC, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa fokus Indonesia untuk dua tahun ke depan adalah memulihkan ekonomi dan kembali mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan, yang salah satunya didukung oleh ketersediaan infrastruktur energi. Pemerintah Indonesia segera mengambil langkah konkret untuk melaksanakan transisi energi ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk mencapai Nationally Determined Contributions (NDC) pengurangan emisi karbon 29% pada 2030. Pemerintah Jepang juga telah melakukan banyak kolaborasi dengan Indonesia dalam pengurangan emisi karbon. Salah satunya melalui skema Joint Crediting Mechanism (JCM). Skema ini juga sedang dipertimbangkan sebagai bagian dalam kerja sama pendanaan JBIC dengan Indonesia dalam program transisi energi. Proyek besar yang juga menjadi pembahasan adalah terkait Proyek Masela yang akan menjadi semakin strategis, terutama pasca perang Ukraina dan Rusia dan karena melonjaknya kebutuhan gas dari negara-negara G7.
Baca Juga: Sah! BP dan Petronas Tandatangani Kontrak Kerja Sama Migas di Indonesia Dalam pemberitaan Kontan sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memaparkan, SKK Migas melakukan rencana
on stream proyek LNG Lapangan Abadi Blok Masela pada tahun 2027. Proses divestasi 35% hak partisipasi atau
participating interest (PI) milik Shell Upstream Overseas Services Limited (Shell) masih mandek. Proyek abadi Masela menghadapi isu ketika Shell Global mengubah portofolio bisnisnya. Disamping terus berjalannya proses divestasi tersebut, Inpex Corporation selaku operator tetap menjalani proses pembebasan lahan dan perizinan analisis mengenai dampak lingkungan hidup (amdal) serta persiapan lainnya. "Permasalahan utamanya adalah bagaimana segera memperoleh pengganti Shell di Proyek Abadi Masela," kata Dwi, Senin (20/6). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .