Jepang Hanya Miliki 13 CEO Perempuan di Antara 1.600 Perusahaan Top



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jepang telah lama berusaha untuk meningkatkan keterwakilan wanita dalam posisi tertinggi di bisnis dan industri. Namun, sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa upaya tersebut menghadapi tantangan besar.

Hasil survei yang dilakukan oleh Kyodo News menunjukkan bahwa hanya ada 13 CEO wanita di antara perusahaan-perusahaan top di Jepang. Angka ini menggarisbawahi kesulitan yang dihadapi pemerintah Jepang dalam mencapai target penempatan wanita dalam setidaknya 30% posisi eksekutif pada akhir dekade ini.

Statistik Terbaru Tentang Wanita dalam Posisi Eksekutif

Menurut survei Kyodo, hanya 0,8% dari 1.643 perusahaan yang terdaftar di pasar utama Tokyo Stock Exchange yang dipimpin oleh wanita. Data ini diambil dari laporan keuangan tahun fiskal 2023 dan menunjukkan kemajuan Jepang yang sangat lambat dalam "meningkatkan keragaman di antara pengambil keputusan korporat."


Angka yang rendah ini mencerminkan tantangan besar yang harus dihadapi pemerintah Jepang untuk memenuhi target ambisius mereka. Meskipun definisi “eksekutif” oleh pemerintah mencakup pejabat korporat, direktur, auditor, dan eksekutif, proporsi wanita di posisi senior tetap sangat rendah.

Baca Juga: Kapal Induk China Memasuki Perairan Jepang untuk Pertama Kalinya

Perbandingan Internasional dan Tantangan yang Dihadapi

Meskipun upaya pemerintah, Jepang masih menghadapi kesulitan besar dalam hal kesetaraan gender jika dibandingkan dengan negara-negara lain.

Menurut survei OECD 2022, hanya 15,5% posisi eksekutif di Jepang yang dipegang oleh wanita, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Inggris (40,9%) dan Prancis (45,2%). Bahkan, China dan Korea Selatan memiliki proporsi wanita eksekutif yang lebih kecil dibandingkan Jepang.

Laporan lain juga menunjukkan gambaran yang serupa. Survei Economist tahun lalu menempatkan Jepang di posisi ke-27 dari 29 ekonomi maju dalam “indeks langit-langit kaca” mereka. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa kemajuan, masih banyak yang harus dilakukan untuk mengatasi ketimpangan gender di tingkat eksekutif.

Pencapaian dan Langkah Positif Terbaru

Meskipun angka-angka tersebut menunjukkan tantangan, ada beberapa kemajuan positif dalam beberapa tahun terakhir. Survei Kyodo mencatat bahwa jumlah anggota dewan wanita telah melebihi 3.000 dua kali lipat dari jumlah lima tahun lalu. Beberapa posisi penting juga telah dipegang oleh wanita baru-baru ini, seperti:

  • Mitsuko Tottori, yang menjadi presiden wanita pertama Japan Airlines pada Januari.
  • Naomi Unemoto, yang diangkat sebagai jaksa agung wanita pertama oleh pemerintah pada bulan Juli.
  • Tomoko Yoshino, yang menjadi presiden wanita pertama Rengo, organisasi serikat pekerja terbesar di Jepang pada tahun 2021.
Baca Juga: Ekspor Jepang Melambat Tajam, Pesanan Mesin Menyusut, Berimbas pada Pemulihan Ekonomi

Prospek Kepemimpinan Wanita di Jepang

Sebuah perkembangan positif yang signifikan adalah kemungkinan terpilihnya Sanae Takaichi sebagai calon pemimpin dalam pemilihan 27 September mendatang untuk kepemimpinan partai Liberal Democratic Party (LDP).

Jika terpilih, Takaichi akan menjadi perdana menteri wanita pertama Jepang. Meskipun ia dikenal sebagai konservatif yang menentang pernikahan sesama jenis dan nama belakang terpisah untuk pasangan menikah, Takaichi mendapatkan dukungan kuat di antara pendukung LDP. Namun, dia kurang populer di kalangan rekan-rekannya di partai.

Pemilihan ini akan melibatkan pemilihan dari anggota partai dan anggota biasa, yang akan mempengaruhi keputusan akhir mengenai pemilihan pemimpin baru, yang kemudian diharapkan akan disetujui sebagai perdana menteri oleh parlemen yang didominasi LDP.

Selanjutnya: Berakhir Oktober 2024, BKPM Minta Sri Mulyani Perpanjang Insentif Tax Holiday

Menarik Dibaca: 3 Kebiasaan yang Membuat Kulit Susah Glowing, Sering Dilakukan Banyak Orang!

Editor: Handoyo .