Jepang ke WTO: Larangan Makanan Laut Terkait Fukushima oleh China Tak Dapat Diterima!



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang telah mengatakan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) bahwa larangan Tiongkok terhadap makanan laut Jepang setelah pelepasan air olahan dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima sama sekali tidak dapat diterima.

Hal tersebut merupakan pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Jepang pada Senin (4/9/2023) malam.

Melansir Reuters, sebagai bantahan terhadap pemberitahuan China kepada WTO pada tanggal 31 Agustus mengenai tindakannya untuk menangguhkan impor perairan Jepang, yang dimulai bulan lalu, Jepang mengatakan akan menjelaskan posisinya di komite WTO terkait dan mendesak China untuk segera mencabut tindakan tersebut.


Menurut duta besar AS untuk Jepang pekan lalu, beberapa pejabat Jepang telah memberi isyarat bahwa negaranya mungkin akan mengajukan pengaduan ke WTO.

Menurut Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno kepada wartawan pada hari Selasa, Jepang akan menjelaskan keamanan air yang dilepaskan di forum diplomatik, termasuk KTT ASEAN di Indonesia dan KTT G20 di India bulan ini. 

“Tidak ada yang diputuskan mengenai pertemuan para pemimpin Jepang-China,” tambah Matsuno, juru bicara pemerintah Tokyo. 

Baca Juga: Dukung Industri Perikanan, Jepang Bakal Alokasikan Dana Tambahan US$ 141,41 Juta

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang akan menghadiri KTT ASEAN dan G20. Sedangkan Presiden China Xi Jinping melewatkan kedua konferensi tersebut.

Dalam pernyataan terpisah pada hari Senin, Kementerian Luar Negeri Tokyo mengatakan Jepang juga telah meminta China untuk mengadakan diskusi mengenai larangan impor berdasarkan ketentuan pakta perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).

Meskipun produk kelautan menyumbang kurang dari 1% perdagangan global Jepang, yang didominasi oleh mobil, Jepang mengekspor produk akuatik senilai sekitar US$ 600 juta ke China pada tahun 2022. Kondisi ini menjadikan China sebagai pasar ekspor terbesar bagi Jepang, diikuti oleh Hong Kong.

Baca Juga: China Tangani Lebih dari 36.000 Kasus Korupsi Pada Semester Pertama Tahun 2023

Data pada hari Selasa menunjukkan ekspor produk akuatik ke China turun untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun pada bulan Juli. Angka ini turun 23% tahun-ke-tahun menjadi 7,7 miliar yen (US$ 52,44 juta).

Barang-barang yang menuju China harus menjalani pemeriksaan yang lebih ketat sejak Jepang mengumumkan rencananya untuk membuang air olahan Fukushima, sehingga memperlambat pengiriman.

Untuk mengurangi dampak hilangnya permintaan makanan laut, Jepang akan menghabiskan lebih dari 100 miliar yen (US$ 682 juta) untuk mendukung industri perikanan dalam negeri.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie